Jarwo tertunduk lesu. Pedagang soto langganan mereka belum tampak. Jam sudah menunjukkan pukul 07.24. Mungkin sebentar lagi, gumam Darso.
        "Jam segini, masih ada anak sekolah berangkat. Mereka tidak takut telat ya ?"
        "Biasa itu. Kalau kamu mau tahu, di sekolah samping rumahku itu. Jam sembilan masih ada murid merokok. Mereka biasa titip motor di rumahku. Meski halaman sempit, tapi bermanfaat."
        "Motornya kenapa tak dibawa ke sekolah ?"
        "Anak SMP tidak boleh bawa motor!"
        "Itu apa ?"
        Tangan Darso menunjuk pengendara sepeda motor. Baju seragam SMP, tapi dikeluarkan. Wajahnya penuh make up. Tidak ada rasa tergesa-gesa. Santai.
        "Begitu sudah banyak terjadi. Miris bukan ?"
        "Anak SMP sudah pada berdandan. Belum lagi, berangkat sekolah naik motor. Parahnya mereka malah terlambat. Kalau kita dulu, jalan kaki."
        "Kamu mungkin. Aku dulu naik becak kalau berangkat. Baru pulangnya jalan kaki."
        Jarwo menyalakan rokok juga. Asyik membicarakan anak SMP. Suara mangkok dipukuli mulai terdengar. Tak tahan menahan lapar, mereka mendekati penjual soto.