***
      Saat untuk arisan RT sudah tiba, Pak RT menghubungi Pak Sigit untuk memastikan dia bersedia ketempatan dan sudah siap membayar hutang.
      "Baik, Pak. Nanti malam arisan RT bisa di rumah saya, untuk pelunasan hutangnya sedang dicarikan oleh Singgih. Nanti sekalian akan dibayarkan, katanya sebelum arisan mulai, uangnya sudah ada." Jawab Pak Sigit ketika ditanya.
      "Saya senang mendengarnya, Pak. Sampai jumpa nanti malam ya, Pak," Pak RT menutup pembicaraan.
      Ada kelegaan dalam diri Pak Sigit. Hutangnya bisa dibayar dan dia bisa bermasyarakat dengan baik. Ketempatan untuk arisan RT tentu menjadi momen menggembirakan. Tapi, perasaan senang dan lega itu tidak bertahan lama. Ada seseorang mengetuk pintu.
      "Permisi, apa benar ini rumah Pak Sigit ?" tanya pemuda berseragam polisi itu. Ia bersama dua orang teman berbaju preman
      "Iya, silakan, Pak. Ada yang bisa saya bantu ? Bapak ini dari mana ya ?" jawab Pak Sigit.
      "Saya dari kepolisian, Pak. Kami sedang mencari Singgih. Menurut informasi, Saudara Singgih tinggal di sini," jelas polisi muda dengan menunjukkan sebuah foto.
      "Singgih itu anak saya. Ada apa ya?" Pak Sigit semakin penasaran.
      "Saudara Singgih terlibat dalam sindikat pencurian motor. Kami sedang mencari beliau dan.."
      Belum sempat polisi itu menyelesaikan ucapanya. Pak Sigit pingsan. Istrinya yang menguping dari kamar, menangis tak tertahan.