Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Hujan Reda

20 Desember 2022   16:30 Diperbarui: 20 Desember 2022   16:44 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            "Pak, saya tak coba cari pekerjaan lagi, ya. Siapa tahu, bisa dapat kerja. Untuk biaya perobatan Ibu dan membayar hutang-hutang Bapak," pamit Singgih pada Pak Sigit.

            "Iya, hati-hati. Semoga kamu bisa dapat pekerjaan ya," jawab Pak Udin.

            Malam hari tiba, hujan sedang deras. Pak Sigit kebingungan, bagaimana membayar hutangnya pada Pak Udin dua malam lagi. Ia juga belum punya uang untuk beli makanan dan kudapan untuk arisan RT di rumahnya. Pak Udin memilih mandi, membersihkan rumah, dan mendoakan usaha anaknya. Karena lapar, Pak Udin pergi ke warung untuk membeli mie instan. Warung Bu Heni ada di sebelah rumahnya, hanya terhalang kebun dan halaman.

            "Hujan-hujan begini, buat mie enak ini, Bu. Saya mau utang mie instan 3, Bu," pinta Pak Sigit sambil merapikan payungnya.

            "Mau yang apa, Pak. Hutang yang kemarin sudah dibayarkan Singgih. Kemarin Singgih juga masih nitip uang lima puluh ribu. Jadi, pakai itu saja Pak, biar tidak hutang," ujar Bu Heni.

            "Lho, saya malah tidak tahu. Terima kasih kalau begitu, Bu," jawab Pak Udin.

            "Senang ya Pak. Singgih sudah kerja. Bisa bantu-bantu orangtua. Tidak kaya Toni. Kerjanya cuma mandiin burung. Kalau malam begini ngambilin rokok dagangan ibunya. Lama-lama bangkrut saya itu, Pak," keluh Bu Heni, khas ibu-ibu kampung kalau cerita.

            Pak Sigit tidak menjawab. Ia hanya tersenyum dan rasa penasaran muncul, dari mana anaknya dapat uang. Bukannya, baru tadi siang dia berangkat mau cari pekerjaan. Tapi, lamunan itu segera usai ketika Pak Budi menyapa.

            "Wah, enak iku Pak. Mau buat mie, seger. Oiya, katanya, di samping perumahan baru ada pencurian motor. Itu kejadiannya bagaimana ya Pak ?" tanya Pak Budi, suami Bu Heni.

            "Saya juga tidak tahu, Pak. Itu kebetulan yang jaga pas gilirannya Muklis. Kemarin banyak polisi berdatangan juga. Saya sekarang jadi kerja ekstra. Setiap tiga jam sekali, saya keliling kompleks," jelas Pak Sigit.

            Beberapa hari, memang perumahan sedang ada pencurian sepeda motor. Berita pencurian itu sampai di koran lokal. Pak Sigit juga diminta bicara memberi keterangan. Meski tidak ditegur oleh pemilik perumahan, tapi ada perasaan tidak enak dari Pak Sigit. Muklis dimarahin sampai ingin mengundurkan diri. Hanya saja, Pak Sigit tidak ditegur apa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun