Mohon tunggu...
Bayu Segara
Bayu Segara Mohon Tunggu... Administrasi - Lihat di bawah.

Penulis saat ini tinggal di Garut. 0852-1379-5857 adalah nomor yang bisa dihubungi. Pernah bekerja di berbagai perusahaan dengan spesialis dibidang Layanan & Garansi. Sangat diharapkan jika ada tawaran kerja terkait bidang tersebut . Kunjungi juga blog saya di: https://bundelanilmu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kisah Unik Peziarah Makam Sunan Gunung Jati

25 Juni 2011   05:16 Diperbarui: 20 Februari 2019   23:49 14297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kok bisa, gimana ceritanya Pak?” ada rasa tidak percaya dalam nada ucapannya. 

“Allah yang memberikannya pada kami. Misalnya suatu waktu kami sedang lapar, tiba-tiba ada bau makanan menghampiri hidung. Lalu kami berkata dalam hati, coba makanan itu datang pada kami. Ternyata, tak lama kemudian ada seseorang yang membawa makanan dan mengantarkannya pada kami. Padahal kami tidak kenal dengan orang itu” 

“Waw luar biasa, terus bagaimana Pak” 

“Suatu kali kami dititipkan motor oleh seseorang. Padahal kami tidak kenal dengan orang itu. Dan saya sudah menolaknya. Namun orang itu tetap saja memaksa menitipkan motor itu. Akhirnya dengan terpaksa kita menerimanya. Dan ketika motor itu diambil kembali oleh yang punyanya, kami mendapat upah yang lumayan. Begitulah salah satu kisahnya, Mas” 

Sayang percakapan itu terhenti, karena kedua orang tersebut bergegas pergi, karena sudah beres makannya. Meninggalkan dia makan sendirian. Padahal masih banyak pertanyaan dan pengalaman apa saja yang ingin dia tanyakan pada kedua orang tersebut.

 ***** 

Besoknya diapun kembali pulang ke kota asalnya dengan hati senang. Selain karena sudah terbayar lunas rasa penasarannya untuk mengunjungi salah satu makam Wali Songo. Juga karena dia tidak begitu betah dengan tempat itu, terutama dengan airnya yang sedikit asin. Setelah lama waktu berselang baru dia tahu dengan maksud Gunung bagi orang Cirebon. Ternyata bagi orang sana, yang dimaksud gunung itu adalah gundukan tanah seperti bukit, selain gunung yang menjulang tinggi tentunya. Pantas saja dia salah faham dan kebingungan. Karena bagi dia, bukit ya bukit, gunung ya gunung. 

Dan kata-kata dari kedua orang itu, membuatnya senyum-senyum sendiri. Kisah itu diibaratkan dengan tokoh pada cerpen Robohnya Surau Kami, karya AA Navis. Padahal dulu, cerita itu ia jadikan pedoman baginya dalam kehidupan. Sekarang, kisah itu hanya menjadi salah satu kisah yang pernah dialami dalam kehidupannya dan tidak patut untuk dijadikan contoh dan pegangan. Hidup itu mesti berusaha dan tidak mengandalkan pemberian orang lain. Sekian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun