“100 hari, Mas”
“Wah, banyak bekalnya dong Pak?” penuh keheranan dia berseru.
“Ah tidak juga”
“Lah, kalau tidak ada bekal banyak. Bagaimana kita bisa bertahan di sini Pak?” kejarnya penasaran.
“Begini, Mas. Bekal yang saya bawa, itu sudah habis dalam waktu seminggu”
“Lalu bagaimana Bapak bisa bertahan selama seratus hari di sini. Darimana Bapak bisa makan kalau bekal uang tidak ada?”
“Allah yang kasih, Mas”
“Maksudnya gimana Pak, bisa dijelaskan?” tambah penasaran saja dia.
“Ketika bekal kami sudah habis. Untuk mengganjal perut, kami mencari sisa-sisa makanan pada bus-bus yang di parkir. Bekas penziarah yang tidak habis menghabiskan makanannya”
“Ooh…lalu?” gumamnya.
“Sebelum empat puluh hari kami di sini, kita berdua harus mencari-cari makanan seperti yang Bapak bilang tadi. Namun selewat itu, makanan justeru datang sendiri pada kami,” lanjut Bapak itu.