Mohon tunggu...
Peri Danau
Peri Danau Mohon Tunggu... -

Kamu percaya pada keajaiban? Aku percaya...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lampu Wasiat

21 September 2012   12:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:03 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia melemparkan tubuh-tubuh perawan ke api unggun sebagai persembahan kepada jin-jin yang menakutkan dan sesat

Keajaiban

Roh-roh dari masa lalu berkeliaran di gua-gua yang tak terjangkau, tak berpenghuni

Jiwa para pemimpi melintasi terjal bukit
Fikirannya yang bermahkota duri kemuliaan menyingkap dan menghancurkan kegelapan

Kemegahan Istana di tengah-tengah kenestapaan
Panggilan pencuri yang lebih mulia dari Raja

Tongkat sihir dari ular berbisa menjalar pada dinding-dinding Istana
Dan kehilangan itu datanglah, rasa yang lebih pedih dari kematian
Sumpah sepanjang usia, tekad untuk merebut kembali kebahagiaan dan mimpi

Kebaikan menyingkap tabir kejahatan dari rupanya dan nampaklah dosa yang menjijikkan
Lonceng berdentang-dentang, peperangan melawan bathil dimulai

Keajaiban,

Dan desah angin berpadu dengan gemericik sungai di sisian lembah
Ayat-ayat perjanjian

Penari perut yang gemulai dan lagu padang pasir mengalir dengan lembut dan syahdu
Jiwa yang menggelepar, lapar menunggu untuk disuapi pencerahan

Ibunya tengadah di sela derai air mata, di atas permadani tua
Dan gelap memudar dari langit
Keraguan hanya hadir pada hati yang lemah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun