Terberkati jiwa si penyendiri yang piatu itu
Dan perkasa seperti karang di lautan
Tegar walau diamuk ganasnya kemalangan
Kala bualan pemimpin tak mampu mengganjal perut-perut lapar di jalan
Rasa iba telah memeluk nuraninya, meninggalkan bulat tekad
Takdir membawanya ke dalam gua
Rasanya semakin dekat dengan kemuliaan
Karena keluhan yang papa telah mendesak hatinya
meninggalkan sengal napas walau dalam tidur
Keajaiban,
Tak gentar pada sihir-sihir yang membelenggu kakinya
Ia membuang hasrat dan napsu-napsu sesat
Karena tangis kelaparan di jalan kotanya itu begitu memukul dada
Keajaiban,
"Wujudkan mimpiku, berikanlah kemuliaan pada diriku"
Aku mendengar titahmu, Tuan yang agung, yang hatinya semurni telaga di Surga
Keajaiban!
Aku membayar persetujuan dari dalam lampu itu