Seminggu setelah Asa mengahbiskan masa cutinya bersama Sawitri tiba-tiba Bunda kembali memberitahukan. Kali ini Bunda menelpon dirinya.
"Besok kalau kamu tidak pulang! Kamu akan lihat nama Bunda saja. Sebab, Bunda sudah menanggung malu karena Zubaidah, anak kades di sini terus menunggu kepastian kamu. Jika kamu masih sayang Bunda kamu pulang dengan membawa kabar suka cita bukan duka."
Begitu Bunda memekik di balik ponsel yang Asa gunakan untuk selalu berhubungan dengan orang-orang tercinta di kampung halaman di Bukit Tinggi.
"Iya, iya aku akan datang, Bunda."
"Ya, sudah Mak tunggu!"
Klik.
Hubungan komunikasi putus.
Keesokannya....di sebuah kosan yang cukup mewah bagi seorang Asa menjadi senyap. Karena di sana tidak ada kehidupan. Tuan rumahnya sudah meninggalkan tempat itu.
Tiba-tiba saat itu angin berkesiur bertiup kencang dan menjatuhkan sepucuk surat.
ANAKMU bukan anakmu !
“Anak adalah kehidupan, mereka sekedar lahir
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!