Mohon tunggu...
Tebe Tebe
Tebe Tebe Mohon Tunggu... lainnya -

"Hidup itu....Tuhan yang menentukan. Kita yang menjalaninya. Dan orang lain yang mengomentari (kepo)." (tebe)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merengkuh Asa

25 April 2014   23:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:11 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seminggu setelah Asa mengahbiskan masa cutinya bersama Sawitri tiba-tiba Bunda kembali memberitahukan. Kali ini Bunda menelpon dirinya.


"Besok kalau kamu tidak pulang! Kamu akan lihat nama Bunda saja. Sebab, Bunda sudah menanggung malu karena Zubaidah, anak kades di sini terus menunggu kepastian kamu. Jika kamu masih sayang Bunda kamu pulang dengan membawa kabar suka cita bukan duka."

Begitu Bunda memekik di balik ponsel yang Asa gunakan untuk selalu berhubungan dengan orang-orang tercinta di kampung halaman di Bukit Tinggi.


"Iya, iya aku akan datang, Bunda."

"Ya, sudah Mak tunggu!"

Klik.

Hubungan komunikasi putus.

Keesokannya....di sebuah kosan yang cukup mewah bagi seorang Asa menjadi senyap. Karena  di sana tidak ada kehidupan. Tuan rumahnya sudah meninggalkan tempat itu.

Tiba-tiba saat itu angin berkesiur bertiup kencang dan menjatuhkan sepucuk surat.


ANAKMU bukan anakmu !

“Anak adalah kehidupan, mereka sekedar lahir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun