Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis Biografi: Be a Storyteller (Part 4)

15 Agustus 2020   16:29 Diperbarui: 16 Agustus 2020   08:43 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu saat nanti kamu akan sampai kepada pembahasan "Interpretasi" saat menerapkan strategi menulis, khususnya menulis kreatif. Apa itu "Interpretasi"?

Kalau sulit mengucapkan kata ini, mungkin kamu lebih mudah menyebutnya "menafsirkan" dengan kata dasar "tafsir". Lho, tafsir itu 'kan untuk memahami kitab suci? Tidak juga, itu karena kamu belum pernah membaca buku berjudul "Interpretasi" tulisan W. Poespoprodjo.

Buku yang lumayan sulit dipahami itu sudah saya kunyah di tahun 1985 karena Pak Poespoprodjo adalah dosen filsafat di almamater yang fasih berbicara dalam delapan bahasa asing, khususnya bahasa-bahasa Eropa.

Dari buku ini, saya bisa menerapkan "Interpretasi" dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk di dunia kepenulisan.

Kelak berbilang tahun ke depan, saya kemudian membaca buku "Interpretative Reporting" karya Curtis D. Macdougall, diam-diam mempraktikannya saat menjadi wartawan Harian Kompas, di mana sebelumnya diam-diam pula mempelajari bagaimana koran "The Asian Wallstreet Journal" mempraktikkan "Interpretative Journalism" itu.

- Kang, kok bahasannya jadi "Interpretasi" sih, mana filsafat lagi... bikin pusiiiiing...!

+ Lha maumu apa, Dek?

- Aku ingin mendengar kelanjutan kisah Si Boncel itu!

+ Ah ya, baiklah... Sampai di mana cerita saya kemarin?

- Sampai Si Boncel dan Clara istrinya tergopoh-gopoh ke luar kamar peraduan menemui kakek dan nenek itu...

+ Kalau soal kamar peraduan, kamu pasti ingat ya, Dek...

The Series cerita kolaborasi Kompasiana.com dengan Netizen Story Menulis Biografi: Be a Storyteller Bersama Kang Pepih
HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun