"Ada kaperluan apa kakek dan nenek datang ke mari?" tanya upas.
"Benarkah ini kediaman Tuan Bupati, Nak?"
"Benar. Ada keperluan apa kalian ke sini?"
"Kakek dan nenek ingin bertemu Si Ocen, anak kami, yang katanya sudah menjadi amtenar besar."
Kedua upas itu saling berpandangan manakala mendengar penjelasan sang kakek.
"Apa? Si Ocen?" tanya upas, "Di sini tidak ada nama Ocen, adanya Dalem Boncel, tetapi itu pasti bukan anak yang kalian maksud!"
"Namanya memang Boncel, tetapi kakek-nenek biasa memanggil anak kami itu 'Si Ocen', kakek-nenek ingin segera bertemu."
"Sebentar...! Kalian berdua jangan mengaku-ngaku Dalem Boncel sebagai anak, bisa masuk penjara kalau mempermalukan Dalem Boncel. Tidak mungkin Dalem Boncel punya orangtua seperti kalian, terlebih lagi menurut Dalem Boncel sendiri, kedua orangtuanya sudah lama meninggal. Jadi, jangan coba-coba menipu di sina, ya!"
"Kakek dan nenek ini memerlukan waktu tujuh hari tujuh malam untuk sampai ke kabupatian ini dari Kandangwesi, dengan satu maksud bertemu Si Ocen. Pertemukan kami segera, kami sudah kangen Si Ocen!"
Kedua upas bingung, mereka saling bertatapan lagi.
"Begini saja...," kata salah satu upas, "Coba sebutkan ciri-ciri lahir Dalem Boncel yang kalian ingat!"