"Tentu saja kami ingat," kata Pak Boncel, "Ada luka gores kehitaman di kening Si Ocen, itu luka yang tidak bisa hilang saat jatuh terpeleset dan keningnya menggores batu tajam."
Kedua upas serempak saling bersitatap lagi, tak percaya apa yang kakek-nenek itu katakan. Mereka saling sikut memberi tanda, juga saling berkedip, bingung apa yang harus mereka lakukan sebagai penjaga pintu gerbang.
Nun di sebuah ruang di dalam kabupatian, Boncel yang baru seminggu menikah dengan Clara nono Belanda yang jelita masih dimabuk ranjang pengantin. Bahkan ketika pintu diketuk seseorang dari luar, Boncel masih berada di peraduan.
"Siapa? Ada apa?"
"Upas, Dalem... Maaf... di luar ada yang ingin bertemu dengan Tuan Dalem...," jawab upas di luar kamar peraduan.
"Siapa?
"Sepasang orangtua, kakek dan nekek, Dalem."
"Iya siapa?"
"Belum sempat menanyakan nama, tetapi mereka mengaku sebagai orangtua Dalem dan ingin bertemu Tuan Dalem..."
"Hah? Orangtuaku!?"
"Benar, Dalem."