Belum ada kendaraan saat itu, Boncel pergi dengan berjalan kaki, mengandalkan jalan setapak dengan harapan jalan setapak itu bertemu jalan yang lebih besar, bertemu dengan jalan yang lebih besar lagi, sampai bertemu jalan raya.
Akhirnya, sampailah Si Boncel di Kandangwesi setelah menempuh perjalanan tiga hari tiga malam lamanya. Ia langsung mencari di mana Sang Bupati berkantor. Tentu saja di depan pintu gerbang kabupatian, ia dicegat upas berwajah garang.
Si Boncel mengutarakan niatnya, tetapi upas malah menghardik, "Ini bukan tempat buatmu, kau tak pantas ada di sini, pakaianmu lusuh seperti bekas codot meludah, cepat kau pergi dari sini sebelum aku murka!"
Si Boncel yang lugu itu bergeming, ia tetap bersikukuh ingin menemui Bupati. Upas lainnya coba menengahi dan berbisik pada Si Upas garang. "Sebaiknya pertemukan saja anak ini dengan Tuan Bupati, jangan-jangan beliau sedang menguji kita melalui kehadiran anak kumal ini!" bisiknya.
Si Upas Garang keder juga. Akhirnya ia setengah mendorong Si Boncel agar lekas masuk halaman kabupatian. Di serambi, tampak Bupati sedang bercengkerama dengan anaknya yang ternyata sepantaran dengan Si Boncel.
Si Upas mengutarakan maksudnya, "Maafkan hamba, Tuan Bupati, ini ada anak kumal entah dari kampung mana bermaksud menemui Tuan, katanya hendak mencari pekerjaan di sini!"
Mata bupati langsung melirik anak kampung yang kepalanya tertunduk, bajunya lusuh dan perutnya keroncongan karena belum terisi nasi. "Apa yang bisa kau lakukan di sini?" tanya bupati sambil tangannya bersedekap di dada. Angkuh.
"Sahaya dengar Tuan Bupati punya banyak kuda peliharaan, sahaya bisa menyabit rumput untuk makanan kuda-kuda Tuan itu," jawab Si Boncel.
"Benarkah?" Bupati ragu, memperlihatkan senyum sinisnya.
"Ya, Tuan, pekerjaan sehari-hari sahaya 'ngarit', yaitu menyabit rumput untuk ternak kuda milik Pak Haji Gofur di kampung sahaya, Kandangwesi, nun jauh di sana."
"Karena kau sudah terbiasa mengurus kuda, baiklah... mulai sekarang kau bekerja sebagai tukang ngarit, urus kuda-kudaku, ya!" kata Bupati kemudian, "Ngomong-ngomong, apa namamu?"