Tentu saja kita layak mengucapkan terima kasih kepada "kebebasan" (freedom); kebebasan berkumpul, berserikat, mengeluarkan pendapat, dan seterusnya. Ada banyak orang yang ditabalkan tinta emas sejarah kehidupan karena memperjuangkan kebebasan ini. Abraham Lincoln dan Nelson Mandela hanya beberapa di antaranya. Berbagai negara mengadopsi kebebasan ini dalam konstitusi maupun undang-undang turunannya. Kebebasan menjadi milik pribadi, hak privasi setiap orang. Adalah langkah mundur jika ada orang-orang, lembaga atau bahkan negara yang justru membelenggu kebebasan rakyatnya.
Itulah sepuluh hal di mana kita --katanya-- harus berterima kasih kepada mereka. Kita boleh setuju-boleh tidak, pilihan dan kebebasan atas pilihan kita dijamin konstitusi. Versi saya tentu bisa lain. Versi Anda juga. Tergantung sudut poandang dan kayakinan, juga yang lebih berpengaruh; pengalaman. Saya sendiri harus berterima kasih kepada Allah, tuhan privat saya yang telah menciptakan saya.
Saya juga harus berterima kasih kepada orangtua saya --meski keduanya sudah tiada-- yang melahirkan kemudian membesarkan saya. Saya juga harus berterima kasih kepada kehidupan itu sendiri. Sebab ketika mati, sejatinya kita tidak bisa diambil manfaatnya lagi oleh orang lain, pun kita tidak bisa memberi manfaat kepada orang lain. Hanya selagi hidup sajalah kita menjadi "seseorang" yang dihargai karena kehidupannya.
Anda mungkin bisa saja berterima kasih kepada aparat kepolisian yang beberapa hari lalu telah berhasil melumpuhkan para teroris ISIS. Adakah yang berterima kasih kepada teroris ISIS itu? Mungkin saja ada. Bahkan banyak, mungkin. Ya, berterima kasih... karena dengan demikian teroris dianggap ISIS telah berhasil mengecoh aparat polisi, mempermalukan BIN, menampar pemerintah "kafir" nan "sekular" ini, dan aparat keamanan yang dikatakan tidak sigap terhadap aksi teror mematikan.
Silakan saja, tidak ada orang yang melarang untuk berterima kasih, bukan? Akan tetapi, ucapan terima kasih biasanya diberikan karena perbuatan baik, bukan kepada perbuatan laknat bin jahat. Anda tinggal pilih saja.
Kepada siapa kita harus berterima kasih, tenyata punya versi sendiri-sendiri. Termasuk versi Anda, tentu saja.
***
Bintaro, 17 Januari 2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI