Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kepada Siapa Lagi Kita Berterima Kasih Selain kepada 10 Benda Ini?

17 Januari 2016   16:32 Diperbarui: 17 Januari 2016   20:25 1626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu saja kita layak mengucapkan terima kasih kepada "kebebasan" (freedom); kebebasan berkumpul, berserikat, mengeluarkan pendapat, dan seterusnya. Ada banyak orang yang ditabalkan tinta emas sejarah kehidupan karena memperjuangkan kebebasan ini. Abraham Lincoln dan Nelson Mandela hanya beberapa di antaranya. Berbagai negara mengadopsi kebebasan ini dalam konstitusi maupun undang-undang turunannya. Kebebasan menjadi milik pribadi, hak privasi setiap orang. Adalah langkah mundur jika ada orang-orang, lembaga atau bahkan negara yang justru membelenggu kebebasan rakyatnya.

Itulah sepuluh hal di mana kita --katanya-- harus berterima kasih kepada mereka. Kita boleh setuju-boleh tidak, pilihan dan kebebasan atas pilihan kita dijamin konstitusi. Versi saya tentu bisa lain. Versi Anda juga. Tergantung sudut poandang dan kayakinan, juga yang lebih berpengaruh; pengalaman. Saya sendiri harus berterima kasih kepada Allah, tuhan privat saya yang telah menciptakan saya.

Saya juga harus berterima kasih kepada orangtua saya --meski keduanya sudah tiada-- yang melahirkan kemudian membesarkan saya. Saya juga harus berterima kasih kepada kehidupan itu sendiri. Sebab ketika mati, sejatinya kita tidak bisa diambil manfaatnya lagi oleh orang lain, pun kita tidak bisa memberi manfaat kepada orang lain. Hanya selagi hidup sajalah kita menjadi "seseorang" yang dihargai karena kehidupannya.

Anda mungkin bisa saja berterima kasih kepada aparat kepolisian yang beberapa hari lalu telah berhasil melumpuhkan para teroris ISIS. Adakah yang berterima kasih kepada teroris ISIS itu? Mungkin saja ada. Bahkan banyak, mungkin. Ya, berterima kasih... karena dengan demikian teroris dianggap ISIS telah berhasil mengecoh aparat polisi, mempermalukan BIN, menampar pemerintah "kafir" nan "sekular" ini, dan aparat keamanan yang dikatakan tidak sigap terhadap aksi teror mematikan.

Silakan saja, tidak ada orang yang melarang untuk berterima kasih, bukan? Akan tetapi, ucapan terima kasih biasanya diberikan karena perbuatan baik, bukan kepada perbuatan laknat bin jahat. Anda tinggal pilih saja.

Kepada siapa kita harus berterima kasih, tenyata punya versi sendiri-sendiri. Termasuk versi Anda, tentu saja.

***

Bintaro, 17 Januari 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun