Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kepada Siapa Lagi Kita Berterima Kasih Selain kepada 10 Benda Ini?

17 Januari 2016   16:32 Diperbarui: 17 Januari 2016   20:25 1626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini pengalaman saya pribadi melihat telepon selular untuk pertama kalinya, yakni sekitar tahun 1993 ketika masih bekerjad di Pusat Informasi Kompas. Waktu itu saya kedatangan salah satu Big Boss Kompas, August Parengkuan, yang sekarang menjadi Duta Besar RI untuk Italia. Saat itu Pak AG, demikian biasa kami memanggil, menenteng sebuah batu bata putih berbentuk kotak..... Oh bukan, itu sebuah mobilephone, bukan batako! "Batako" putih itu memiliki antena dan ada papan ketik untuk angka-angka di perutnya. Saya tercengang dan tak henti-hentinya berdecak kagum saat Pak AG memijit sebuah nomor dan mulai berkomunikasi dengan batako, eh... mobilepohone itu.

Saya tidak sempat bertanya itu barang apa gerangan. Ya, keterpanaan memandulkan keingintahuan saya. Sekarang, tidak ada orang yang tidak memegang telepon bergerak yang kini lebih dikenal sebagai ponsel itu, bukan? Saya punya ponsel pertama kalinya tahun 1996, mereknya Siemens S4. Harganya Rp 2 juta, sangat mahal saat itu.

Tetapi tenang saja, saya disubsidi kantor untuk memiliki benda itu. Hanya ada 3 fungsi pada ponsel lawas Siemens: pertama fungsi telefonik untuk menghubungi dan menerima panggilan, kedua fungsi berkirim pesan berkat fitur SMS, dan ketiga untuk menimpuk anjing gila yang sekali waktu bisa saja mengejar saya di kala bertugas di lapangan. Dengan ponsel yang besar dan berat itu, niscaya anjing gila akan pingsan jika kena timpuk ponsel saya.

7. Bak sampah

Bak sampah? Ya, mungkin tidak akan terasa penting betul bagi orang yang tidak paham lingkungan dan kebersihan. Tetapi di belahan dunia lain seperti Amerika, Eropa, dan Jepang, sampah adalah masalah. Menjadi bukan masalah ketika ada beberapa cara untuk mengolah sampah menjadi benda bermanfaat. Namun sebelum sampah itu sampai ke tempat-tempat pengolahan sampah untuk dipilah-pilah dan dimanfaatkan kembali, maka bak sampah memang "tangan pertama" untuk meneruskan sampah itu ke tempat lainnya. Kita boleh saja tidak setuju bahwa ucapan terima kasih harus disampaikan kepadanya. Silakan saja.

8. Ibu jari

Kedengarannya aneh, bukan? Bagaimana kita harus berterima kasih pada ibu jari? Apa alasannya sampai-sampai kita harus berterima kasih kepada ibu jari kita, dan bukan kepada mata atau hidung kita yang juga merupakan anggota tubuh kita? Ternyata ibu jari adalah "tokoh" paling dominan dalam menggenggam gelas kopi di pagi hari, mengangkat botol minuman, dan bersalaman. Bahkan untuk memuji orang lain, keberhasilan orang lain karena pencapaian tertentu, seringkali ibu jarilah yang berfungsi. "Two thumbs up", demikian sering dikatakan untuk memuji kehebatan orang lain yang tidak cukup mengangkat satu ibu jari.

9. Air mengalir

Mengapa udara tidak termasuk barang yang harus diberi ucapan terima kasih? Tentu ada alasannya. Tetapi air yang mengalir ternyata lebih pantas diberi ucapan terima kasih. Mengapa wahana antariksa yang mendarat di permukaan planet Mars selalu mencari air? Selalu diset di mana sumber air yang mengalir sekiranya berada? Lantas jika wahana antariksa itu memperoleh gambar yang diperkirakan aliran air, maka jadilah ia berita besar.

"Tenang, di Bumi kehabisan air, kita pindah ke Mars!" demikian pesannya kira-kira. Ya, karena air selalu disangkutpautkan dengan kehidupan. Dalam tubuh kita, juga mengalir air, bahkan ada yang mengatakan 80 persen dari tubuh kita itu adalah air. Anda boleh percaya boleh tidak.

10. Kebebasan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun