Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kepada Siapa Lagi Kita Berterima Kasih Selain kepada 10 Benda Ini?

17 Januari 2016   16:32 Diperbarui: 17 Januari 2016   20:25 1626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3. Pesawat udara

Sekarang ini, meski telah lahir koneksi Internet supercepat seperti 4G LTE atau bahkan di dunia lain sedang dikembangkan 5G LTE, tetap saja kecepatan itu hanya terjadi di dunia maya, kecepatan yang tidak bisa mengangkut barang atau manusia. Di dunia nyata, kendaraan yang bisa mengangkut manusia secara cepat, memindahkan satu titik di satu benua ke titik lain di benua seberangnya, tidak lain dari pesawat udara.

Tentu orang pada masa lalu berterima kasih kepada kuda, unta, gajah, pedati, mobil uap, kereta bara api, tongkang, perahu, dan segala turunannya yang lebih baik. Akan tetapi, saat ini tidak ada kendaraan lain selain pesawat udara yang bisa memindahkan manusia dari satu tempat ke tempat lain secara cepat selain pesawat udara. Maka kita pun berterima kasih kepadanya! 

4. Alam

"Back to nature", kembali ke alam, itu kalimat yang sering saya dengar ketika manusia kota sudah jenuh kehidupan kota, ingar-bingar kaum urban yang seperti tak mengenal hari. Alam selalu identik dengan tetumbuhan hijau, tanah subur, pemandangan indah, dan air yang mengalir melimpah tanpa batas. Keindahan alam adanya nun jauh di desa sana, bukan di kota.

Maka selalu ada kerinduan untuk kembali ke kampung halaman, ke alam. "Naluri gajah mati" juga dimiliki manusia pengembara, yang saat-saat akhir hidupnya ada kerinduan untuk kembali ke kampung halamannya. Naluri gajah mati adalah mencari tempat kematiannya di mana dia dulu dilahirkan. Alam jugalah yang memberi kehidupan; mulai dari tumbuh-tumbuhan, hewan liar dan peliharaan untuk di makan, berbangsa-bangsa ikan di sungai dan lautan. Semua tersedia melimpah. Manusia tinggal mengelola dan mengupayakannya dengan bijak.

5. Surat elektronik

Orang menyebutnya surat elektronik (surel) atau e-mail saja. Pada masa lalu, saya pernah mengalami sendiri berkirim ratusan surat kepada sang kekasih, tidak terhitung naskah cerpen dan opini saya kirimkan par avion, by airmail, atau melalui pos udara misalnya. Ada beberapa surat putus hubungan yang juga saya terima, yang menandakan berakhirnya sebuah percintaan ala anak SMA atau semasa kuliah dulu.

Demikian perkasanya sebuah surat. Saya memang belum mengalami berkirim surat menggunakan jasa merpati pos, tetapi orang-orang terdahulu boleh jadi mengalaminya. Sekarang, urusan berkirim surat tinggal pijit tombol "send" di Microsoft Outlook, Gmail atau Yahoo Mail. Wusss..... dalam hitungan detik, surat dan isinya sudah diterima di belahan dunia sana, terbebas jarak, ruang, dan waktu. Wakru awal-awal menjadi jurnalis, saya dilengkapi peralatan "tempur" bernama "Starco".

Ya, itu nama lain dari "pager" atau alat penerima pesan. Nama "Starco" lebih dikenal daripada "pager" karena produsen inilah yang boleh dibilang pertama mengeluarkan "pager" di Indonesia. Starco juga berisi pesan pendek (sandek), pesan singkat (pesing), yang intinya tidak lain dari e-mail pendek. Sekarang peran Starco yang berumur pendek karena dihantam SMS itu sudah tergantikan oleh BBM, WA, LINE, Facebook Messenger dll.

6. Telepon seluler

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun