Mohon tunggu...
Peny Wahyuni Indrastuti
Peny Wahyuni Indrastuti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu Rumah Tangga yang berjuang melawan lupa

Ada kalanya, hati menunjukkan sisi terang. Ada kalanya pula bersembunyi pada sisi gelap. Hanya mantra kata yang bisa membuatnya bicara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[My Diary] Maafkan Aku

11 April 2016   22:54 Diperbarui: 12 April 2016   00:15 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lembar-lembarmu hanya penuh tulisan tentang Al. Jangan marah, ya?

Sudah tetap hatiku, Dear, dalam suratku yang terakhir ini, aku tetap memilih untuk berpisah. Biar sajalah kutelan semua kemarahan Al. Biar saja cintaku kepadanya kusimpan di altar hati terdalam sebagai kenangan yang begitu indah. Aku menyalakan lilin cinta dalam hatiku, dan aku pula yang meniupnya. Barangkali kejam untuk Al. Tapi aku yakin, kelak jika ia sembuh dari rasa sakitnya, ia akan berterima kasih kepadaku karena telah menyelamatkan keyakinan dan ketaatannya kepada Tuhannya.

Aku juga sudah menulis surat khusus untuk ibuku, menjelaskan alasanku mengapa aku tak bisa menjadi istri Al. Ibu memang mualaf, tapi aku yakin, beliau dapat memahami dan tak akan menentangku. Kakak-kakakku pun akan mengerti walau mungkin juga agak kecewa karena tak jadi punya adik ipar perwira ABRI.

Dan jika Al tak mau menganggapku sebagai saudara, barangkali lebih baik jika kami berteman saja. Bersahabat saja.

Dan aku ingat kata mutiara yang pernah kubaca, persahabatan jauh dari saling menyakiti dibanding sepasang kekasih yang rentan untuk saling menyakiti.

Seperti kau, Dear, sahabat sejatiku.

 

*** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun