”Kita mau langsung ke pulang ke Jakarta, ”aku berbohong demi kebaikan. Ia terdiam, aku melanjutkan, ”kamu mau ikut ke Jakarta? Tapi pulangnya naik bis atau travel sendiri ya,” ancamku.
”Yaa jauh, yaudah pinjem hape kamu?”
”Buat apa minjem hape ?” Makin ngaco saja sundal ini.
”Buat tulisin nomorku, siapa tau besok-besok kita bisa clubbing bareng,”
”Hapeku lowbat, makanya dari tadi aku ga ngeluarin hape,” aku kembali berbohong.
”Ya udah id L*NE kamu apa, sini aku invite,” memaksa sekali sundal ini. ia melanjutkan, ”kalau ga bayarin minum sambil clubbing juga gapapa asal tempat kamu yang nanggung, sama uang kepuasannya jangan lupa,” ia tertawa sambil meraih handphone di tasnya. Ah benarlah dugaanku, ia sundal. Yasudah biar cepat, aku kasih id L*NE ku yang sudah tidak aktif karena handphone nya dijual.
”Silvi aku duluan ya, kasian teman-temanku udah nungguin,” aku langsung beranjak meninggalkannya. Dengan cekatan ia meraih tangan kiriku ”Mal, kalau mau main 1 lawan dua juga aku siap, kabarin aja,” ia melepas tanganku dan melambai padaku.
Aku kembali menghampiri teman-temanku, kulihat jam tanganku sudah menunjukan jam 22.30. hampir setengah jam aku berbicara dengan sekuriti dan sundal bersuara mendesah itu.
”gimana Mal? Bisa masuk kita? Udah ga kuat nih pengen goyang,” ujar Putas.
”Sorry nih, gua udah berusaha, tapi kita ga bisa masuk, tadi udah berhasil tawar-menawarnya, tapi karena Putas pakai sandal, jadi ga boleh masuk. Gua udah lobi tapi tetep aja,” aku melihat ekspresi kekecewaan teman-teman ku.
”Yaudah selow, masih jam setengah sebelas ini, Mal dimana lagi tempat yang asik selain di sini?” Ucap Reki.