”Iya boleh kok, tapi aku ke sini bareng-bareng sama empat orang temanku, gapapa?”
”Wah makin asik, nanti kita semua bisa kenalan,” ucapnya kegirangan. Ia melanjutkan ”Namal, aku ga munafik, kamu sama teman-teman kamu ga usah harus ngemodus atau ngelobi aku sama temenku, cukup bayarin kita minum aja. Kita tahu kok isi pikiran cowo kalo di tempat kayak gini,” Silvi tertawa.
”Haha emang pikirannya apa?”
”Ga usah pura-pura ga tau, asal jam 10 pagi udah anterin kita ke kostan, soalnya tadi aku ke sini naik taksi, mobilku masuk bengkel,” Aku paham maksudnya, hebat juga cewe ini, langsung blak-blakan seperti ini. Kali ini keimananku mendadak menipis.
”Wah kan tempat ini tutupnya jam setengah tiga pagi, kok harus jam 10 pagi nganterinnya? Emang mau kemana dulu” Aku berusaha memancing agar ia berbicara lebih blak-blakan. Rame juga pikirku.
”Mau ke hotel, losmen, kostan, rumah asal ga di semak-semak aja, kalo di semak-semak takut banyak ular beneran datang,” ia tertawa nakal. ”Namal, ikut yuk, aku kenalin sama teman-temanku,” tangan kanannya menarik tangan kiriku untuk mengikuti langkahnya.
”Bentar Vi, aku lagi nunggu kepastian sekuritinya, antara boleh masuk atau ngga,” aku melepas tangannya. Ia kembali berdiri di sampingku. Sekuriti pun kembali menghampiriku.
”Dek maaf kayaknya ga bisa masuk, tadi sudah saya obrolkan dengan teman saya. Di dalam lagi ada manager-managernya, kalau ketauan ada yang pakai sandal, saya yang kena marah, maaf ya dek ga bisa bantu,” sekuriti itu langsung meninggalkanku menuju ke dalam.
”Yaaa, ga bisa masuk ya Mal, ga bisa minum-minum lucu dong, ga bisa saling menghangatkan dong” Silvi berbicara dengan manja sambil menyandarkan kepala di bahu kananku. Aku langsung melangkah ke samping, menghindari sandarannya. Bahaya juga wanita ini, aku jadi curiga, jangan-jangan ada maksud terselubung. Mana ada wanita yang blak-blakan seperti ini. Kalau bukan sundal pasti penipu.
”Iya Silvi, kayaknya aku dan teman-temanku bakal langsung pulang aja,” aku berbohong untuk menghindari rayuan-rayuan manis sundal ini.
”Pulangnya kemana? Kita ikut yaa, malam masih panjang kok,” nada bicaranya semakin nakal dan mendesah. Jika teman-temanku tahu pasti mereka senang, tapi bagaimana jika sundal ini benar penipu atau menjebak kita. Patut dicurigai.