Mohon tunggu...
Anta Nasution
Anta Nasution Mohon Tunggu... Ilmuwan - Laut Biru

Ocean never betray us! Ocean doesn't need us, indeed we need ocean.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sundal Bersuara Mendesah

30 Januari 2016   19:33 Diperbarui: 31 Januari 2016   01:24 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

”Sebentar dek, saya obrolin dulu dengan teman saya,” sekuriti itu kembali menghampiri temannya.

Sekuriti ini nampaknya tidak bisa mengambil keputusan sendirian. Sebelumnya ia hanya mengobrol dengan seorang temannya sesama sekuriti, sekarang malah berunding bertiga. Ah, aku jadi malas kalau begini, niatku untuk merasakan clubbing tiba-tiba mengendur.

”Aa, mau masuk ke dalam juga ya?” suara cewe berbaju tipis perut terbuka itu mengagetkanku, bagaimana tidak, ia berbicara sambil mendekatkan mukanya ke kupingku, suaranya mendesah. ”Iya teh, teteh juga mau masuk ke dalam?” ujarku sambil menjaga jarak dengannya.

”Emang udah diijinin masuk ke dalam gitu a?” Aa adalah panggilan dalam bahasa sunda untuk laki-laki, artinya bisa kakak, abang, atau mas. Terkadang bisa disingkat hanya a saja. Cewe itu kembali mendekat, kali ini ia tempelkan payudara bagian kirinya ke pundakku dan berbicara sambil mendekatkan mukanya ke telingaku. Aku memang suka dengan wanita cantik seperti ini, tapi kenapa tiba-tiba jadi rishi begini. Aku kembali menjaga jarak.

”Belum teh ini lagi diusahain, teteh ke sini sendirian?”

”Aku bertiga a, sama temen, tuh temanku,” ia menunjuk ke arah samping dengan telunjuk kanan, dan kembali payudara kirinya, ia tempelkan ke pundak kananku, kali ini aku yakin ia sengaja.

Tak kukira ternyata temannya juga sama cantiknya, yang satu berambut panjang, mengenakan dress hitam yang menutupi tubuhnya hanya sampai bagian paha, dengan high heels hitam dan lesung pipi yang menusuk. Yang satu lagi berambut pendek, mengenakan kaos putih tipis dimasukan kedalam rok pendek yang kelewat pendek, sepatu sneaker dan sedang menghisap sebatang rokok. Jika kuperkirakan, mereka semua masih mahasiswa.

”Oh iya namaku Namal,” aku mengajaknya bersalaman dan merubah posisiku yang tadinya bersampingan menjadi berhadapan dengannya.

”Oh aku Silvi, itu nama asli aku, kalo ga percaya ini aku liatin KTM (kartu tanda mahasiswa) punyaku.”

”Ga usah, aku percaya kok, seloww, Namal juga nama asliku kok,” ah Silvi tersenyum. Indah sekali senyumnya, ditambah suaranya yang mendesah, jarang sekali aku temui wanita yang tipe suaranya mendesah.

”Namal, aku sama temen-temenku boleh ikut gabung ga, kalo misalkan kamu bisa masuk,” pintanya dengan ekspresi muka manja dan suaranya kali ini meyakinkanku memang mendesah tanpa dibuat-buat. Keimanan bisa goyah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun