Pernikahan mereka berlangsung sederhana namun hangat, diiringi tawa dan senyum bahagia dari keluarga serta sahabat terdekat. Saat Dea berjalan di altar, gaun putihnya berkilau lembut di bawah sinar lampu. Di ujung sana, Bayu menunggunya dengan tatapan penuh cinta. Di saat-saat itu, semua keraguan sirna---hanya ada mereka berdua, siap menghadapi kehidupan baru bersama.
Ketika Bayu menyematkan cincin di jari Dea, ia memandangnya dengan senyum lembut, lalu berbisik, "Ya, Humairoh."
Dea tersenyum malu, pipinya kembali merona merah seperti hari pertama mereka bertemu.
Mereka menjalani hidup baru dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Bayu selalu memastikan bahwa Dea merasa dicintai dan dihargai setiap hari. Setiap panggilan "Ya, Humairoh" yang ia ucapkan selalu menjadi pengingat akan cinta mereka yang tak akan pernah luntur oleh waktu, usia, atau pandangan orang lain.
Kini, Dea dan Bayu hidup bahagia, menikmati setiap detik kebersamaan mereka. Mereka tahu, cinta mereka bukanlah cinta yang biasa---ini adalah cinta yang dibangun di atas pengertian, keberanian, dan ketulusan hati. Dan mereka akan terus berjalan bersama, seiring waktu yang berputar, tak peduli apa kata dunia di luar sana.
 Balkipapan, 18 Oktober 2024
#Penadebu_Cerpen_Ya, Humairoh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H