Bayu menggenggam tangannya dengan lembut, tatapan penuh keyakinan. "Aku juga mencintaimu, Dea. Dan karena itu, aku akan menghadapi apa pun demi kita. Orang tuamu mencintaimu, dan aku yakin, jika mereka melihat ketulusan kita, mereka akan mengerti. Aku tidak akan menyerah."
Kata-kata Bayu mengalir dengan tenang, seperti air yang menyejukkan. Dea tahu bahwa ini bukan perjalanan mudah, tapi bersama Bayu, ia merasa kuat. Mereka memutuskan untuk berbicara dengan orang tua Dea keesokan harinya.
Pagi itu, Dea dan Bayu tiba di rumah orang tuanya. Jantung Dea berdegup kencang, tapi tangan Bayu yang menggenggam erat miliknya memberinya kekuatan. Ketika mereka masuk ke dalam rumah, bapak Dea sudah menunggu di ruang tamu. Suasana terasa canggung, terutama karena mereka belum benar-benar tahu tentang hubungan Dea dan Bayu.
Setelah beberapa percakapan awal yang basa-basi, Dea mengumpulkan keberaniannya.
"Bapak," katanya, suaranya bergetar. "Ada sesuatu yang ingin kami bicarakan." Dea menatap Bayu, dan dia memberi anggukan kecil, mendukungnya. "Aku dan Bayu... kami saling mencintai. Dan kami ingin melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius."
Ayah Dea menatap mereka dengan alis terangkat. "Bayu? Pria ini...?" Matanya tampak berat menilai, tetapi bukan kemarahan yang terpancar---hanya kebingungan dan sedikit khawatir.
Bayu berdiri, lalu berbicara dengan suara yang tenang dan penuh hormat. "Pak, saya tahu ini mungkin mengejutkan. Saya lebih tua dari Dea, dan saya sadar mungkin ada kekhawatiran tentang perbedaan usia kami. Tapi yang saya ingin Bapak tahu adalah bahwa saya mencintai putri Bapak dengan tulus. Saya ingin menjaga dan membahagiakannya, dan saya ingin meminangnya secara resmi."
Bapak Dea terdiam, memandang putrinya seolah mencari jawaban. "Dea, kamu yakin dengan keputusan ini?"
Dea menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Bapak... aku tahu ini mungkin tidak mudah diterima. Tapi aku benar-benar mencintai Bayu. Dia memberiku rasa tenang yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Usia bukanlah masalah bagi kami. Kami bahagia bersama."
Hening sejenak menyelimuti ruangan. Orang tua Dea saling berpandangan, berbicara dengan mata mereka sebelum Bapak Dea akhirnya bicara.
"Kami tidak pernah ingin melihatmu terluka, Dea. Itulah kekhawatiran kami. Tapi jika kau yakin Bayu adalah orang yang tepat, maka kami harus percaya pada keputusanmu."
Mata Dea berkaca-kaca mendengar kata-kata itu. Bayu merasakan beban di pundaknya terangkat sedikit. Ia kemudian berbicara lagi, penuh keyakinan. "Terima kasih atas kepercayaan Bapak. Saya berjanji akan menjaga Dea sebaik mungkin, dan membuatnya bahagia."
Proses peminangan pun berjalan dengan lancar. Beberapa minggu setelah percakapan itu, keluarga besar berkumpul dalam suasana yang penuh kebahagiaan. Bayu datang dengan niat tulus, ditemani oleh beberapa saudara terdekatnya, dan resmi meminang Dea di hadapan keluarganya.