Mohon tunggu...
Christian Rahmat
Christian Rahmat Mohon Tunggu... Freelancer - Memoria Passionis

Pembelajaran telah tersedia bagi siapa saja yang bisa membaca. Keajaiban ada di mana-mana. (Carl Sagan)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kultur K-POP yang Depresif dan Cara Mencegah Bunuh Diri

26 Desember 2019   22:52 Diperbarui: 27 Desember 2019   20:49 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena psikologis yang menjadi objek kajian Psikologi tersebut pun acapkali berupa penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh manusia. Setelah penyimpangan tersebut terjadi, barulah psikologi masuk untuk menelaah penyimpangan tersebut. Hal tersebut membuat citra ilmu psikologi sebagai bidang keilmuan yang mengabaikan upaya preventif.

Berangkat dari pemikiran itu, Martin Seligman kemudian mencetuskan Psikologi Positif sebagai suatu cabang ilmu psikologi yang berfokus melihat, menemukan, dan mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri setiap manusia.

Cabang ilmu psikologi ini tidak sekadar menelaah penyimpangan - penyimpangan psikologis, melainkan membantu orang untuk menemukan tujuan hidupnya. Dengan kata lain, Psikologi Positif menempatkan manusia sebagai subjek, tidak sekadar objek ilmu pengetahuan.

Melalui optimalisasi potensi diri inilah Psikologi Positif bisa menjauhkan orang dari depresi. Sebagaimana perkataan Nietzsche yang mengantarkan tulisan ini, dengan menerapkan Psikologi Positif, orang - orang tidak akan mudah depresi karena senantiasa memiliki alasan - alasan yang kuat untuk terus melanjutkan hidup.

Kedua, Logoterapi. Jika Psikologi Positif lebih menitikberatkan upaya mencegah depresi, maka Logoterapi adalah upaya pemulihan manakala seseorang telah terlanjur mengalami depresi.

Logoterapi adalah salah satu psikoterapi yang dipelopori oleh Viktor E. Frankl. Seorang Psikiater dan Neurolog mantan tahanan NAZI Jerman yang berhasil bertahan hidup dalam kejamnya kamp konsentrasi NAZI.

Tidak sekadar bertahan hidup, Viktor justru melakukan penggalian mendalam mengenai makna hidup manusia selama menjadi tahanan NAZI.

Penggalian akan makna hidup itulah yang kemudian menginspirasi Viktor untuk mengembangkan sebuah bentuk terapi psikologis yang berfokus membantu pasien untuk menemukan tujuan serta makna hidupnya (berbasis pada gagasan will to meaning Kierkegaard).

Berbeda dari terapi psikologis kebanyakan, Logoterapi tidak memposisikan pasien sebagai objek pengamatan, melainkan sebagai subjek yang memiliki potensi tersendiri. Dengan kata lain, Logoterapi hanya sebagai stimulus untuk merangsang semangat pasien, sehingga bisa menemukan kembali makna dan tujuan hidupnya.

Logoterapi bisa menjadi psikoterapi alternatif yang layak dicoba oleh masyarakat Korea Selatan yang dikenal tabu menjalani psikoterapi. Mereka tidak perlu merasa malu ataupun gengsi untuk menjalani Logoterapi. 

Hal ini karena Logoterapi memang memiliki metode yang berbeda dari psikoterapi pada umumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun