Kondisi hutan Kuantan Singingi ataupun Riau sudah tidak sama lagi dengan yang dulu, di mana kayu untuk jalur saat itu dengan mudah dapat dicari. Tidak kita pungkiri bahwa konversi hutan alam menjadi perkebunan industri bahwa perkebunan kelapa sawit menyebabkan berkurangnya ketersediaan hutan alami yang mampu menyediakan ketersediaan kayu untuk pembuatan kayu. Dan ini diharapkan jadi perhatian yang serius bagi pemerintah Kuantan Singingi maupun Riau untuk keberlanjutan tradisi Pacu Jalur jati diri kearifan lokal masyarakat di Batang Kuantan.
Jika kita lihat secara statistik peserta pacu jalur yang berpartisipasi di festival Pacu Jalur di tahun 2016 sebanyak 198 jalur, tahun 2017 sebanyak 193 jalur, kemudian di tahun 2018 berkurang menjadi 181 jalur dan terakhir tahun 2019 sebelum terjadi pandemi sebanyak 175 jalur. Artinya ada penurunan yang signifikan dari jumlah jalur yang berpartisipasi setiap tahunnya, dan tentunya ini juga ada kontribusi dari tidak bisa ikutnya jalur akibat dimakan usia sehingga tidak bisa digunakan lagi.Â
Atas keprihatinan ini dalam mempertahankan tradisi Pacu Jalur, tentunya diperlukan solusi yang tepat supaya tradisi ini tidak serta merta hilang bahkan mungkin hanya akan dikenal dalam buku-buku sejarah saja.Â
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan antar lain penegakan aturan larangan terhadap perorangan atau badan usaha yang memanfaatkan kayu diameter besar, meningkatkan hutan adat dalam upaya kearifan lokal untuk konservasi kayu-kayu yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan jalur, meningkatkan area hutan konservasi sebagai area berumbuhnya kayu-kayu untuk jalur atau bahkan penghentian pemberian izin penggunaan hutan (HGU) dan penegakan hukum bagi pelanggar penebangan kayu diameter besar untuk pemanfaatan perorangan atau badan usaha.Â
Sehingga, upaya-upaya ini dapat dijadikan sebagian tindakan yang kongkrit dengan harapan bahwa kesulitan dalam hal mendapatkan kayu untuk pembuatan jalur dapat dicegah. Hal ini tentunya sangat diharapkan supaya tradisi Pacu Jalur ini dapat lestari dan dapat terus dilihat oleh anak cucu kita khususnya masyarakat Kuantan Singingi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H