Mohon tunggu...
Putri Sulastri Anggraini
Putri Sulastri Anggraini Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

XII MIPA 6 SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Siapa Dia Sebenarnya?

16 Februari 2020   23:51 Diperbarui: 17 Februari 2020   00:05 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu,suara kicau burung saling bersahutan,sang mentari pun mulai menampakan wujudnya bersama dengan semilir angin yang membuat pucuk-pucuk tanaman menjadi bergoyang. Ku langkahkan kakiku untuk beranjak kearah kamar mandi,agar ku bisa membersihkan tubuhku. Kemudian, kugerakkan ragaku menuju tempat yang biasa kukunjungi setelah ku lakukan kegiatan sehari-hari yang monoton ku kerjakan. Lalu, kembali ku teringat peristiwa itu, dimana semuanya berasal.

Perkenalkan namaku Sahara, siswi kelas 12 di SMA Negeri yang cukup terkenal. Mungkin,kisahku ini sama seperti kisah anak lainnya,yang mengalami perubahan dalam diri saat masa remajanya. Entahlah itu membawa kebaikan ataupun keburukan bagi yang lain ataupun diriku sendiri. Dan bagiku, ini adalah kisah yang membuatku dapat kembali dari keterpurukan saat itu. Keterpurukan yang terus menelanku dan menarikku menuju dasarnya sehingga sangat sulit untuk berenang agar mencapai ke permukaan. Sampai mereka semua datang, lalu mencoba untuk membantuku terlepas dari tarikan pusaran itu.

Dan inilah kisahku, seorang anak perempuan yang sedang mencari arti dari jati dirinya begitupun mereka,ya mereka...

****

           

Tett..Tett..Tett.. suara bel tanda pulang sekolah berbunyi,menandakan waktu belajar mengajar telah berakhir dan akan dilanjutkan keesokan harinya.

"Baiklah,pelajaran hari ini cukup sekian." Ucap wali kelas. Kemudian keluar dari kelas.
 "Ahh..Ibu wali kelas memang sangat baik,beruntung sekali mendapatkan wali kelas sepertinya"
"Iya benar,dia juga ramah dan selalu tersenyum kepada orang lain."

"Pingin deh punya ibu kaya Bu Naura,udah cantik baik lagi"

Seperti itulah percakapan yang sering kudengar seusai pelajaran biologi dijam terakhir. Mereka semua memang menyukai wali kelas, karena sikapnya yang ramah dan baik kepada semua orang, aku pun berfikiran sama seperti mereka, tetapi aku paling tidak suka bila beliau sudah menceramahiku dengan nasihatnya yang panjang itu hanya karena sikapku yang perlu di didik lebih keras oleh kedua orang tuaku. Beliau menganggap sikapku yang tidak selalu memperhatikan semua pelajaran dengan baik adalah sebuah didikan yang salah dari kedua orang tuaku.

Setelah ku masukan buku-buku ku ke dalam tas, kemudian ku langkahkan kakiku keluar sambil memakai earphone dan memutar lagu-lagu kesukaanku. Inilah kebiasaanku bila sedang bosan ataupun untuk meredakan emosi dalam hatiku. Dan sesampainya di ujung lorong, ku lihat tubuh tegap khas seorang pria dengan seragam sekolah dan lambang OSIS yang selalu melekat pada tangannya sedang berdiri menghadap gerbang sekolah dan sesekali tersenyum kepada orang yang menyapanya atau hanya sekedar berjabat tangan dengannya. Dia terus melakukannya sampai dia menyadari bahwa aku telah berdiri disampingnya sambil terus memainkan handphoneku yang sebenarnya hanya memindahkan menu aplikasi yang tetera disana.

"Baiklah,sekarang ayo kita pulang,jangan lupa kenakan penutup kepalamu agar tidak terkena hujan." ucapnya seraya menarik topi dari hoodie yang kukenakan.
            "Hmm..lagipula ini hanya gerimis," balasku malas sambil mengganti lagu di mp3.
            "Jangan remehkan hujan walau gerimis,dia bisa membuatmu sakit. Kau tau ada banyak sekali kandungan zat berbahaya dalam air hujan,yah..walaupun hujan juga mempunyai segudang manfaat tapi dia..," ucapnya terpotong akibat balasanku.
            "Baiklah baiklah,aku tahu tentang itu tidak perlu kau jelaskan".
            "Aku lupa kalau kau sang legenda..haha..," ucapnya geli sambil sesekali tertawa kecil.
            "Hmm..," jawabku kemudian.

Kemudian,kami berdua berjalan menuju rumah sambil menggunakan sebuah payung yang cukup besar untuk melindungi diri kami dari guyuran hujan yang walau sebenarnya tidak terlalu besar. Sebenarnya rumahnya tepat di sebelah rumahku dan secara tidak langsung dia adalah tetanggaku sekaligus teman masa kecilku. Namanya Athala atau biasanya di sapa Atha,tapi aku lebih sering memanggilnya Tata karena lebih mudah di ingat menurutku. Dia seorang ketua OSIS di angkatanku. Dia cukup tampan dengan alis tebal dan hidung mancungnya. Dia juga lumayan tinggi dan baik. Entahlah definisi baik apa yang harus aku katakan tentangnya,karena menurutku baik itu relatif.

Yahh..kisah masa kecil kami tidak terlalu baik untuk di ceritakan. Kami bertemu disebuah pasar malam yang tidak jauh dari kediaman kami.

****

Flashback

12 tahun lalu..

Sahara menangis. Dia terpisah dari ibunya di sebuah pasar malam karena terlalu asik memperhatikan makanan yang dijual di salah satu lapak. Dia tak sadar ibunya sudah berjalan agak jauh dari tempatnya berdiri. Sahara yang masih berumur enam tahun saat itu tak tahu apa yang harus ia lakukan selain menangis. Tinggi badannya yang belum seberapa pun membuat ia luput dari perhatian orang yang berlalu lalang di depannya. Akhirnya dia hanya bisa berjongkok di bawah salah satu pohon yang agak besar disana dan menangis.

Lelah menangis akhirnya dia berdiri sambil memperhatikan sekelilingnya. Akhirnya matanya menemukan salah satu taman disana,dan menemukan beberapa kursi panjang yang disusun melingkar mengelilingi pancuran air yang telah dihias dengan beberapa lampu warna warni. Dengan masih sedikit terisak akhirnya ia pun berjalan kesana sambil berharap jika ibunya akan mudah mendapatinya apabila ia berada di tempat yang dapat dilihat siapapun. Lalu,ia berniat duduk di salah satu kursi panjang itu dan menemukan seorang anak laki laki seumurannya tengah melihat lurus kedepan dengan bosan.

"Kau tahu ibuku?"tanya Sahara pada anak itu.
            Anak laki laki itu hanya menatap Sahara tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan padanya.

Karena tidak ada tanggapan dari anak itu,Sahara kembali menangis sambil menundukan kepalanya,lalu memilih duduk disebelah anak itu yang beberapa saat lalu kembali menatap sekitarnya dengan bosan. Masih dengan tangisnya,Sahara meremas ujung jaketnya dan terkesiap karena tiba tiba anak yang tadi mengacuhkannya ada di hadapannya sambil memberikan sebuah permen yang cukup besar sambil berkata.

"Jangan menangis lagi,kau membuat telingaku sakit dengan suara jelekmu itu",ucapnya dengan nada yang datar sambil menahan kesal. Bukannya tersinggung dengan nada anak itu yang seakan menyindirnya,Sahara malah berhenti menangis walau masih sedikit sesenggukan. Lalu ia menerima permen itu dan mengucapkan terimakasih sebelum memakannya. Sebenarnya ia merasa bahwa anak laki-laki itu bukan ingin menyindir nya,ia merasa bahwa anak laki laki itu sedang menghiburnya walau hanya dengan memberikan sebuah permen. Dan itu membuatnya sedikit tenang.

Beberapa menit setelahnya terdengar seseorang meneriakan namanya dengan kencang dengan diiringi tangis kelegaan. Tiba tiba air mata Sahara kembali turun saat melihat mamanya berlari kearahnya dengan diikuti dengan seorang wanita lainnya yang ia yakini adalah teman ibunya dan salah satu polisi setempat.

"Kau kemana saja nak?",tanya ibu Sahara sambil mengecup puncak kepala Sahara dan pipi Sahara beberapa kali lalu membawa Sahara dalam pelukannya yang hangat.
            "Hara tadi liat makanan dulu,tapi jadi ga liat mama..",jawab Sahara sambil menangis.
            "Jadi kamu juga disini Athala,padahal mama nyariin kamu kemana mana tadi",ucap wanita itu kepada anaknya yaitu anak laki laki yang memberikan permen pada Sahara tadi.
            "Tadi Atha udah bilang ke mama kok mau kesini",ucap anak laki laki itu pada ibunya.
            "Kapan Athala?",tanya ibunya yang keheranan karena tidak merasa anaknya berbicara.
            "Waktu mama lagi pesen minuman yang Atha minta ma",jawab anak itu malas.
            "huhh..yasudah maafkan mama yang tidak mendengarmu",ucap ibunya menyesal.
            "ya.." jawab Athala kembali.

Akhirnya mereka memperkenalkan anak mereka satu sama lain dan pulang ke rumah mereka masing masing.

Flashback end.

****

Tidak terasa kami telah sampai di depan rumahku,hujan yang tadi mengguyur juga sudah tidak turun lagi. Setelah memastikan aku masuk ke dalam dia berlalu pergi tanpa mengucapkan apapun menuju rumahnya.

            Malam harinya terdengar suara kegaduhan dari lantai 1 dan aku tau itu adalah suara ayah dan ibu yang sedang berdebat. Entah kali ini mereka berdebat tentang apa,tetapi yang kutau tentang mereka selalu berdebat tentang apapun. Dulu aku selalu menangis ketika mereka bertengkar,tetapi seiring berjalannya waktu aku mulai terbiasa dan tidak menangis lagi. Lalu,setiap mereka melakukan perdebatan itu aku selalu memikirkan bagaimana cara aku melarikan diri dari mereka agar aku tidak mendengar mereka berdebat lagi.

            Lalu ku temukan cara itu. Cara yang membuat diriku tidak mendengar perdebatan itu. Setiap malam ketika mereka pulang bekerja,aku akan mengunci pintu dan melompat ke luar jendela kemudian,mengajak Tata untuk menemaniku menikmati semilir angin malam yang membuat diriku tenang di taman, sambil sesekali memakan camilan yang memang sengaja di bawa oleh Tata. Lalu,aku akan pulang setelah merasa diriku mengantuk.

            Tetapi pagi itu,kucoba untuk membuka mataku,tetapi rasanya berat sekali mungkin,karena kegiatan yang sering kulakukan setiap malam. Buru-buru ku langkahkan kaki ku untuk mandi dan berpakaian,karena tidak seperti biasanya aku telat datang ke sekolah. Kupercepat langkah kakiku bahkan aku mulai berlari kencang,dan sesampainya aku ke sekolah gerbang pun sudah di tutup,dan aku hanya bisa menghela nafas panjang ketika itu. Tak berselang lama seorang anak laki-laki muncul di sebelahku seraya berkata

"Sepertinya aku telat lagi,apa kau juga?"tanyanya dingin seraya melihat gerbang sekolah yang telah terkunci tanpa melihat kearahku sama sekali.

"Iya..."jawabku seraya memerhatikan gerak geriknya yang menyiratkan bahwa dia sudah terbiasa akan hal itu.

"Tapi aku belum pernah melihatmu sebelumnya,apa kau baru pertama kali telat?"tanyanya lagi

"Ya,ini adalah kali pertamaku telat."jawabku pendek

"Apa kau ingin tetap masuk?"

"Ya,apakah kau bisa membantuku?"

"Ikuti aku kalau begitu."

            Sesampainya di tempat yang dia maksud,aku hanya bisa melihat bagaimana tingginya tembok itu,sekalipun aku memanjatnya aku tidak yakin karena tembok itu dikelilingi oleh pecahan-pecahan kaca di setiap barisannya dan aku pastikan itu dapat menggores kulit hanya dengan sekali sentuh.

"Aku tidak mau naik itu,"ujarku

"Kamu harus naik itu bila ingin masuk."katanya

"Apakah tidak ada jalan lain? Kau tidak lihat kalau kaca itu akan melukaimu?"

"Kalau kau ingin masuk hanya itu jalan satu satunya"

"Pagar itu juga sangat tinggi aku juga..." ucapku terpotong karena dia langsung melompat ke pagar pembatas itu tanpa mengenai pecahan kaca yang ada.

"Jadi,kau ingin masuk atau tidak?" tanyanya sambil sedikit meremehkan.

            Akhirnya dengan sangat terpaksa aku menaiki tembok itu,walau sudah dengan sekuat tenaga ternyata ini lebih sulit dari pada yang kubayangkan. Setelah membantuku untuk naik ke atas,dia juga mulai lompat ke bawah terlebih dahulu. Setelahnya,giliranku melompat ke bawah. Untungnya lelaki itu sudah siap untuk menangkapku,karena dia sudah lebih dulu turun dari tembok itu. Setelah itu,ku bangkitkan tubuhku dan menepuk-nepuk bagian belakangku untuk membersihkan debu yang menempel di rokku.

"Ahh..lenganmu terluka,ayo kita ke uks dulu," ucapnya tiba-tiba sambil menarik tangan kiriku agak kasar.

"Ahh..Iya." jawabku.

Pantas saja tadi aku merasa terkena benda tajam dan sekarang bagian itupun mengeluarkan darah yang lumayan banyak.

            Dengannya aku berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan,Setelah sampai di UKS dia lekas mengambil kotak p3k dan langsung mengobatiku.

"Terima kasih,"ucapku kemudian.

"Ya,ahh..namaku Zico bila kau ingin tahu" balasnya dengan nada yang dingin lalu berlalu keluar.

"Zico..." Aku terus mengulang nama itu sambil mengingat sesuatu yang tidak terasa asing di ingatanku."Oh tidak..apakah dia Zico yang itu?" tanyaku dalam hati sambil memasang raut tidak percaya.

****

           

Sepulang Sekolah...

"Hara... kau  dipanggil guru bk,"ucap ketua kelas dengan lantang

"Baiklah" Ucapku pasrah,lalu kulangkahkan kakiku menuju ruang BK dengan gontai.Sudah kuduga aku akan dipanggil ke ruangan itu. Dan sesampainya disana telah ada kedua orang tuaku yang tengah duduk berhadapan dengan guru BK.

"Baik,sekarang tersangka utamanya telah datang."ucap guru BK dengan nada yang sinis.

"Oke,kita perjelas sekarang. Jelaskan tentang rekaman cctv ini"Ucapnya lagi.

Setelah itu kuceritakan yang kualami tadi dengan jujur sambil sesekali kuperhatikan perubahan raut wajah kedua orang tuaku,ya walaupun mereka memang menyebalkan tapi setidaknya aku tidak berfikiran untuk membuat mereka malu.

"Kalau begitu kau harus membersihkan perpustakaan selama satu bulan sebagai hukumannya dan dimulai dari besok"

"Iya bu,sekali maafkan saya karena telah berbuat demikian,tapi bu kenapa hanya saya yang dihukum?bukannya di rekaman tadi terdapat satu orang lagi?"

"Ouh,apa yang kau maksud adalah Zico?dia sudah mendapatkan hukuman dariku sebelumnya dan sekarang akan di tambah dua kali lipat karena dia telah melanggar peraturan yang lainnya juga" ucap guru BK dengan nada sinis,"Dia memang senang membuat orang tua sepertiku pusing dengan tingkahnya." lanjutnya kemudian.

****

Diperjalanan pulang ayah langsung menyeramahiku dengan tegas agar aku tidak mengulangi hal berbahaya itu lagi. Ibu pun hanya diam karena menurutnya tindakan tersebut benar untuk dilakukan oleh seorang ayah yang khawatir terhadap anaknya. Sesampainya di rumah ayah dan ibu langsung memelukku dengan erat seraya berkata.

"Maafkan kami nak,kami belum bisa menjadi orang tua yang baik untukmu"

"Kami tahu masalah ini terjadi karena kami,Maafkan kami ya nak"

"Ibu..Ayah.." Ucapku seraya menangis dalam pelukan yang mereka berikan.

"Kami akan berusaha untuk menjadi orang tua yang lebih baik untukmu,kita mulai dari awal ya nak".

"iya ayah" jawabku lagi.

****

            Ternyata permasalahan yang aku hadapi tidak semudah itu untuk segera berakhir. Sekarang aku harus menanggung akibat dari kelakuan yang aku kerjakan tempo hari. Yahh..kalian tahu sekarang aku ada dimana. Sudah 2 jam aku berada disini untuk membersihkan sebagian dari perpustakaan sekolahku,yang beesarnya tidak main-main. Kalian tahu,sekolahku mempunyai bangunan khusus untuk menyimpan buku yang jumlahnya tidak sedikit itu. Jika kalian ingin sebuah buku walaupun hanya refrensi,aku pastikan kalian akan menemukannya dengan mudah diperpustaan sekolahku. Jangan lupa untuk menanyakan keberadaan buku yang ingin kalian pinjam kepada pengelola perpus jika kalian tidak ingin pusing mencari letak buku tersebut.

"Baiklah cukup untuk hari ini Hara,kamu bisa melanjutkan tugasmu besok hari",ucap penjaga perpustakaan.

"Iya bu",jawabku dengan sedikit menyeka keringat di dahiku yang sedikit mengalir di pelipis.

"Ahh..aku punya sedikit roti untukmu".

"Terimakasih",balasku.

            Setelah beristirahat sebentar dengan memakan sebuah roti yang tadi diberi ibu Ila (nama penjaga perpus),dan meminum sisa air mineral yang kupunya akhirnya aku melangkahkan kakiku untuk berjalan kearah sebuah ruangan.Aku yakin disana dia pasti sudah menunggu dengan wajah kesalnya. Yah siapa lagi kalau bukan Tata,sang ketua OSIS. Kupercepat langkahku untuk menuju tempat tersebut. Tetapi baru setengah jalan,hujan turun dengan lumayan deras dengan menimbulkan hawa dingin yang menabrak kulit telanjangku. Kuputar arah kakiku menuju samping lorong sambil menengadahkan tangan kananku menghadap arah datangnya hujan.

            Kupejamkan sejenak mataku sambil merasakan sensasi menggelitik tanganku juga sensasi yang ditimbulkan sang angin saat menyentuh sebagian anak rambutku. Perpaduan yang menyenangkan menurutku. Mungkin sebagian dari kalian juga menyukai sensasinya Mereka datang disaat bersamaan tanpa menyakiti satu sama lainnya. Mereka bergabung dan menjadikan sebagian orang senang saat mereka merasakannya walaupun sudah berulangkali. Membuat sebagian orang itu juga menjadi sedikit lebih tenang dari biasanya seperti diriku. 

Tak..suara yang cukup keras untuk ukuran suatu kejahilan.

"Apa yang kau lakukan disini hah?,kau tak ingat pesanku agar menemuiku langsung saat kau selesai dengan hukumanmu itu?",Tanya temanku dengan nada yang khawatir dan sedikit kesal.

"Hmm..aku ingat",balasku.

"Kalau kau ingat mengapa tidak kau lakukan?"

"Sesuatu membuatku lupa akan hal itu"

"Ayolah..sesuatu itu adalah hujan?yang benar saja.Berhentilah membuat alasan Hara,ini sudah sangat sore,sudah waktunya untuk kembali ke rumah",ucapnya sedikit frustasi.

" Baiklah ayo kita pulang kalau begitu"

"Tunggu,kau baik baik saja kan?",Tanya Athala lagi sambil menarik ujung lengan bajuku.

"Ya.."jawabku kemudian.

"Huh..baiklah ayo kita pulang sekarang"

            Akhirnya kami mulai berjalan di lorong sekolah yang menghubungkan antara bangunan utama dan gerbang sekolah. Belum sampai di ujung lorong tiba-tiba kami berdua mendengar suara gaduh dari sebelah ruangan yang kami lewati. Sontak Tata langsung menarikku ke belakang punggungnya sembari menatap was-was kearah datangnya suara. Baru beberapa langkah kami ingin mendekati ruangan tersebut,tiba-tiba kami dikagetkan saat seseorang terlempar dari pintu ruangan itu sambil sedikit mengerang kemudian bangkit kembali untuk masuk ke ruangan tadi. Tapi sebelumnya seseorang itu sempat melihat kearah kami sambil mengisyaratkan untuk diam dan bersembunyi dibalik tembok kelas yang ada di dekat sana. Tata yang masih penasaran akhirnya menyuruhku untuk melakukan hal yang diisyaratkan oleh lelaki tadi kemudian dia pergi ke ruangan tadi.

            Lima menit kemudian Tata kembali bersama dengan lelaki tadi dengan sedikit terengah. Kalian tahu siapa lelaki yang mengisyaratkan kami untuk bersembunyi?,dia Zico orang yang sama yang pernah menolongku saat melewati pagar beberapa minggu lalu,dan akhirnya aku mendapatkan hukuman setelahnya.Dia hanya diam sambil memasukan kedua tangnnya ke dalam saku celana miliknya dan berdiri angkuh disebelah Tata. Kemudian dia melihat kearahku sambil menatap bosan lalu menaikkan salah satu alisnya sambil berkata,

"Wah kita bertemu lagi ternyata"ucapnya dengan nada jenaka.

Aku yang sudah tidak mau lagi berurusan dengannya hanya menatapnya sekilas lalu menarik tangan Tata agar langsung pulang. Dia yang melihat hal itu hanya menaikkan kedua bahunya sambil menatap kearah lain. Seakan teringat sesuatu dia kemudian menghadapkan badannya kearah Tata sambil berteriak

"Ternyata kau hebat juga,jangan sampai orang disebelahmu terkena akibatnya ya,kasian"

"Hmm.."jawab Tata sambil berjalan terus lurus

"Hei kau,sebaiknya kau berhati hati dengannya,dia tidak seperti kelihatannya tau,"kali ini dia berteriak kearahku. Aku hanya menatapnya sekilas lalu meneruskan jalanku untuk pulang. Sesampainya diujung lorong,ternyata hujan telah reda dan hanya menyisakan sebagian kecilnya saja berupa embun yang membuatku sedikit kedinginan. Tata yang merasakan bahwa hawa menjadi cukup dingin,langsung menyampirkan jaketnya dipundakku. Seolah dia tidak ingin aku kedinginan akhirnya dia membantuku untuk memasangkan resleting jaketnya yang sangat besar di badanku itu. Diperjalanan kami hanya diam. Tata yang seolah sedanng tidak ingin diganggu hanya melirikku sesekali dan kembali melihat kedepan. Akupun yang menyadari perubahan itupun hanya membiarkannya menenangkan diri sambil memasukkan kedua tanganku di saku jaketnya.

            Diperjalanan,kami mampir di sebuah toko kecil dipinggir jalan untuk membeli minuman hangat dan beberapa roti yang tersedia disana untuk mengisi perut kami yang kosong saat itu. Setelahnya,kami duduk di sudut toko untuk memakan roti dan sedikit beristirahat. Disana ternyata suasana hati Tata masih tidak bagus,itu terlihat jelas dari raut mukanya. Dia yang menyadari ara pandangku hanya mengacuhkannya dan kembali menatap jalan raya yang ada di sebelah kami. Yah kalau sudah begitu berarti Tata sedang menyimpan sesuatu dan tidak sedang ingin menceritakannya. Ternyata usahaku untuk memaksanya lewat tatapanku tidak berhasil,Jika sudah begitu mau gimana lagi,dia sangat keras kepala dengan otaknya yang sekeras batu itu. Setelahnya aku hanya menatap makananku dengan sesekali menatap kearahnya dan jalan raya secara bergantian. Aku fikir ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakannya.

****

"Kau tidak usah mendengarkannya",ucap Tata sambil menepuk ujung kepalaku

"Ya" balasku kemudian

"Aku pamit"baru berapa langkah dia berjalan kearah gerbang rumahku dia berbalik dan mengatakan agar jaketnya dikembalikan besok saja.

            Sesampainya di kamarku aku membuka jaketnya dan kuletakkan di keranjang cucian. Tetapi sebelum itu aku menemukan sesuatu di kantong jaketnya. Sebuah alat perekam audio miliknya yang kuberi padanya 5 hari yang lalu. Anehnya,alat itu seakan di modifikasi untuk dijadikan sebuah alat yang baru. Karena penasaran akhirnya kutekan tombol play yang ada di pinggir alat ttersebut. Lalu terdengar suara seorang laki-laki berbicara menggunakan bahasa yang tidak aku mengerti artinya. Dari nadanya laki-laki itu seakan memberikan suatu peringatan karena nadanya yang tersirat dalam. Laki-laki itu berbicara selama 1 menit lalu mengakhiri perkataannya dengan bahasa ingris.

" BE CAREFUL. MAYBE AFTER YOU HEAR THIS,HE WILL FIND YOU. BUT CALM DOWN,I WILL STILL WATCH HIM FOR YOU"

Apa maksudnya?dan siapa orang ini? Tanyaku dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun