Kemudian,kami berdua berjalan menuju rumah sambil menggunakan sebuah payung yang cukup besar untuk melindungi diri kami dari guyuran hujan yang walau sebenarnya tidak terlalu besar. Sebenarnya rumahnya tepat di sebelah rumahku dan secara tidak langsung dia adalah tetanggaku sekaligus teman masa kecilku. Namanya Athala atau biasanya di sapa Atha,tapi aku lebih sering memanggilnya Tata karena lebih mudah di ingat menurutku. Dia seorang ketua OSIS di angkatanku. Dia cukup tampan dengan alis tebal dan hidung mancungnya. Dia juga lumayan tinggi dan baik. Entahlah definisi baik apa yang harus aku katakan tentangnya,karena menurutku baik itu relatif.
Yahh..kisah masa kecil kami tidak terlalu baik untuk di ceritakan. Kami bertemu disebuah pasar malam yang tidak jauh dari kediaman kami.
****
Flashback
12 tahun lalu..
Sahara menangis. Dia terpisah dari ibunya di sebuah pasar malam karena terlalu asik memperhatikan makanan yang dijual di salah satu lapak. Dia tak sadar ibunya sudah berjalan agak jauh dari tempatnya berdiri. Sahara yang masih berumur enam tahun saat itu tak tahu apa yang harus ia lakukan selain menangis. Tinggi badannya yang belum seberapa pun membuat ia luput dari perhatian orang yang berlalu lalang di depannya. Akhirnya dia hanya bisa berjongkok di bawah salah satu pohon yang agak besar disana dan menangis.
Lelah menangis akhirnya dia berdiri sambil memperhatikan sekelilingnya. Akhirnya matanya menemukan salah satu taman disana,dan menemukan beberapa kursi panjang yang disusun melingkar mengelilingi pancuran air yang telah dihias dengan beberapa lampu warna warni. Dengan masih sedikit terisak akhirnya ia pun berjalan kesana sambil berharap jika ibunya akan mudah mendapatinya apabila ia berada di tempat yang dapat dilihat siapapun. Lalu,ia berniat duduk di salah satu kursi panjang itu dan menemukan seorang anak laki laki seumurannya tengah melihat lurus kedepan dengan bosan.
"Kau tahu ibuku?"tanya Sahara pada anak itu.
      Anak laki laki itu hanya menatap Sahara tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan padanya.
Karena tidak ada tanggapan dari anak itu,Sahara kembali menangis sambil menundukan kepalanya,lalu memilih duduk disebelah anak itu yang beberapa saat lalu kembali menatap sekitarnya dengan bosan. Masih dengan tangisnya,Sahara meremas ujung jaketnya dan terkesiap karena tiba tiba anak yang tadi mengacuhkannya ada di hadapannya sambil memberikan sebuah permen yang cukup besar sambil berkata.
"Jangan menangis lagi,kau membuat telingaku sakit dengan suara jelekmu itu",ucapnya dengan nada yang datar sambil menahan kesal. Bukannya tersinggung dengan nada anak itu yang seakan menyindirnya,Sahara malah berhenti menangis walau masih sedikit sesenggukan. Lalu ia menerima permen itu dan mengucapkan terimakasih sebelum memakannya. Sebenarnya ia merasa bahwa anak laki-laki itu bukan ingin menyindir nya,ia merasa bahwa anak laki laki itu sedang menghiburnya walau hanya dengan memberikan sebuah permen. Dan itu membuatnya sedikit tenang.
Beberapa menit setelahnya terdengar seseorang meneriakan namanya dengan kencang dengan diiringi tangis kelegaan. Tiba tiba air mata Sahara kembali turun saat melihat mamanya berlari kearahnya dengan diikuti dengan seorang wanita lainnya yang ia yakini adalah teman ibunya dan salah satu polisi setempat.