Mohon tunggu...
Putri Sulastri Anggraini
Putri Sulastri Anggraini Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

XII MIPA 6 SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Siapa Dia Sebenarnya?

16 Februari 2020   23:51 Diperbarui: 17 Februari 2020   00:05 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau kemana saja nak?",tanya ibu Sahara sambil mengecup puncak kepala Sahara dan pipi Sahara beberapa kali lalu membawa Sahara dalam pelukannya yang hangat.
            "Hara tadi liat makanan dulu,tapi jadi ga liat mama..",jawab Sahara sambil menangis.
            "Jadi kamu juga disini Athala,padahal mama nyariin kamu kemana mana tadi",ucap wanita itu kepada anaknya yaitu anak laki laki yang memberikan permen pada Sahara tadi.
            "Tadi Atha udah bilang ke mama kok mau kesini",ucap anak laki laki itu pada ibunya.
            "Kapan Athala?",tanya ibunya yang keheranan karena tidak merasa anaknya berbicara.
            "Waktu mama lagi pesen minuman yang Atha minta ma",jawab anak itu malas.
            "huhh..yasudah maafkan mama yang tidak mendengarmu",ucap ibunya menyesal.
            "ya.." jawab Athala kembali.

Akhirnya mereka memperkenalkan anak mereka satu sama lain dan pulang ke rumah mereka masing masing.

Flashback end.

****

Tidak terasa kami telah sampai di depan rumahku,hujan yang tadi mengguyur juga sudah tidak turun lagi. Setelah memastikan aku masuk ke dalam dia berlalu pergi tanpa mengucapkan apapun menuju rumahnya.

            Malam harinya terdengar suara kegaduhan dari lantai 1 dan aku tau itu adalah suara ayah dan ibu yang sedang berdebat. Entah kali ini mereka berdebat tentang apa,tetapi yang kutau tentang mereka selalu berdebat tentang apapun. Dulu aku selalu menangis ketika mereka bertengkar,tetapi seiring berjalannya waktu aku mulai terbiasa dan tidak menangis lagi. Lalu,setiap mereka melakukan perdebatan itu aku selalu memikirkan bagaimana cara aku melarikan diri dari mereka agar aku tidak mendengar mereka berdebat lagi.

            Lalu ku temukan cara itu. Cara yang membuat diriku tidak mendengar perdebatan itu. Setiap malam ketika mereka pulang bekerja,aku akan mengunci pintu dan melompat ke luar jendela kemudian,mengajak Tata untuk menemaniku menikmati semilir angin malam yang membuat diriku tenang di taman, sambil sesekali memakan camilan yang memang sengaja di bawa oleh Tata. Lalu,aku akan pulang setelah merasa diriku mengantuk.

            Tetapi pagi itu,kucoba untuk membuka mataku,tetapi rasanya berat sekali mungkin,karena kegiatan yang sering kulakukan setiap malam. Buru-buru ku langkahkan kaki ku untuk mandi dan berpakaian,karena tidak seperti biasanya aku telat datang ke sekolah. Kupercepat langkah kakiku bahkan aku mulai berlari kencang,dan sesampainya aku ke sekolah gerbang pun sudah di tutup,dan aku hanya bisa menghela nafas panjang ketika itu. Tak berselang lama seorang anak laki-laki muncul di sebelahku seraya berkata

"Sepertinya aku telat lagi,apa kau juga?"tanyanya dingin seraya melihat gerbang sekolah yang telah terkunci tanpa melihat kearahku sama sekali.

"Iya..."jawabku seraya memerhatikan gerak geriknya yang menyiratkan bahwa dia sudah terbiasa akan hal itu.

"Tapi aku belum pernah melihatmu sebelumnya,apa kau baru pertama kali telat?"tanyanya lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun