"Kakek." Panggilku dan buru-buru menarik tangannya untuk ku cium.
"Cucuku udah sampai, sana istirahat di kamar! Pasti lelahkan perjalanan dari Jakarta." Balas kakekku.
"Tidak terlalu kok Kek." Bohongku sambil menampilkan deretan gigi putihku, "Kakek mau pergi kemana?" Tanyaku.
"Mengambil baju tenun buat acara besok malam."
"Gilang ikut boleh?"
"Ayo naik!"
Aku pun memekik kegirangan dan langsung naik ke motor. Sekitar sepuluh menit kakekku mengendarai montornya, kini kami sudah berhenti di sebuah tempat yang penuh dengan jemuran benang-benang besar. Aku yang penasaran pun bertanya kepada kakekku. "Kakek, ini untuk apa, kok banyak sekali benang-benangnya?"
"Ini untuk membuat tenun. Kamu pernah mendengar tenun troso tidak?" Tanya kakekku balik.
"Ouh... tau Kek, yang terkenal itu kan Kek. Biasanya kalau Gilang mendaki gunung atau sedang wisata selalu bawa tenun troso Kek." Jawabku yang membuat kakekku tersenyum.
"Mau lihat cara membuatnya?"
Aku yang mendapat pertanyaan itu, langsung menganggukkan kepalaku. Kakekku menuntunku masuk ke ruangan yang terdapat alat yang terbuat dari kayu yang dipasangi beberapa perlengkapan, sehingga menjadi satu kesatuan yang unik dan digerakkan secara manual menggunakan tangan dan kaki. Penenunnya duduk dikursi dengan kaki yang terus mengayun pedal dan tangan menarik pengungkit, serta mengaitkan satu persatu benang-benang.