Namun bila kita ingin melihat politik Indonesia yang sehat dimasa depan, sejatinya fenomena ini bisa menjadi pelajaran berharga. Â
Sejatinya pula, hal seperti itu tak perlu lagi terulang karena hanya akan menjebak masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Marauke pada perdebatan yang tak berkesudahan terhadap teks-demi teks politik keislaman.
Jangan sampai situasi itu berkepanjangan. Disaat waktu dan energi terkuras secara bersamaan, rakyat awam dan elemen bangsa tanpa sadar mengesampingkan konteks yang memuat gagasan kehidupan masa kini (dan masa depan) bangsa dan negara Indonesia diantara bangsa-bangsa lain di dunia mampu mensejahterakan rakyatnya secara damai, tanpa pengkotak-kotakan politik identitas keagamaan.
Jangan sampai dinamika politik keislaman yang masif di negara kita saat ini menjadi ironi politik itu sendiri, dan membuat bangsa Indonesia berhalusinasi--seolah heroik melakukan langkah maju, padahal nyatanya mundur.Â
Negara lain yang melihatnya mungkin diam-diam "kepengen tertawa", tapi takut digeruduk elemen masa Indonesia  yang baperan. #Eeeh!
----
peb04/03/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H