Konsekuensi logisnya, demi tujuan politik, para tokoh harus menunjukkan simbol-simbol keislamannya secara terbuka agar bisa diterima masyarakat Islam yang jumlahnya dominan di negara ini.Â
Hal itu dilakukan juga untuk "menenangkan" sebagian umat Islam di tanah air yang "terlanjur panas hati" dan "kebingungan" oleh maraknya dinamika politik identitas keislaman yang muncul.
Secara paralel, di sisi lain timbul saling silang pendapat, pertentangan dan klaim kebenaran antar elemen masyarakat Islam berdasarkan penafsiran kitab suci yang digunakan dalam berpolitik, sehingga terbentuk friksi-friksi tersendiri di kalangan umat dan kelompok masyarakat Islam.
Secara keseluruhan masyarakat Indonesia timbul kekhawatiran akan nasib bangsa dan negara Indonesia di masa depan.
Pertanyaan Salat Prabowo sebagai  Satire Aksi dan Reaksi
Bukan hal aneh lagi bila dibalik pertanyaan "Prabowo akan salat di mana?" mengandung makna satire soal status iman Islam Prabowo. Satire itu wujud dari tekanan politik dan reaksi balik (bumerang) terhadap kelompok pendukung Prabowo yang sebelumnya sangat masif mempolitisasi Islam untuk mendapatkan dukungan masyarakat Indonesia. Â
Ada realitas "yang coba disembunyikan" Prabowo dan tim pendukungnya tentang latar belakang keluarga besar Prabowo yang non-muslim (nasrani). Prabowo sendiri menjadi muslim ketika akan menikahi Titiek Soeharto--putri Presiden RI era Orde Baru.
Bandingkan latar belakang Prabowo itu dengan Jokowi yang sejak lahir beragama Islam dan keluarga besarnya merupakan muslim.
Bandingkan dengan para elit politik pendukung Prabowo seperti Amien Rais, Riziek Shihab, Fadli Zon, Hidayat Nurwahid, Zulkifli Hasan yang secara simbolik tampak keimanannya atau keislamannya, dan mereka itu sering berkoar-koar sebagai representasi Islam yang sesungguhnya sangat dibutuhkan bangsa dan negara ini.
Ketika kemudian tim pemenangan Prabowo dan kelompok masa pendukungnya mengadakan salat bersama Prabowo, maka di satu sisi, aksi simbolik itu merupakan hal lumrah dalam komunikasi elit politik kepada publik. Elit politik seharusnya bisa terbuka dan cepat menjawab semua keraguan publik tentang isu-isu yang jadi polemik tanpa kejelasan hal sebenarnya.