Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bu, Jangan Remehkan Pelajaran Bahasa Indonesia

16 Juli 2016   11:12 Diperbarui: 16 Juli 2016   17:18 2002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan hal itu, diperlukan jembatan penghubung sebagai dasar tercapainya tujuan lewat interaksi yang optimal. Jembatan itu adalah BAHASA. Bayangkan bila saya pakar ilmu teknik namun tidak tidak bisa membahasakan ilmu saya secara baik lewat lisan maupun tulisan, apa yang terjadi? Akibatnya, ilmu teknik saya bisa salah diartikan orang lain, terjadi kesalahpahaman, transfer ilmu jadi terhambat bahkan menyesatkan, dan lain sebagainya.

Banyak siswa atau mahasiswa pintar bidang teknis, tapi tak mampu mengungkapkannya secara lisan dan tulisan. Akhirnya apa yang mereka kuasai tidak bisa dipahami orang lain. Transfer ilmu pun jadi terhambat.

Saat membimbing mahasiswa menulis skripsi atau tugas akhir yang kerap saya temui masalahnya bukan pada pengumpulan dan pengolahan data serta perhitungan matematis, melainkan pada cara mengungkapkan secara tertulis dan lisan apa yang mereka sudah kerjakan di lapangan, studio, dan laboratorium. Bahasa Indonesia lisan dan tulisannya 'kacau' karena tak sesuai kaidah dan tidak mudah dipahami. Hal serupa juga masih terjadi pada mahasiswa tingkat Doktoral (Strata 3). Saya berlatar belakang ilmu teknik pernah merasakan hal itu. Saat 'kolokium' rekan-rekan satu angkatan diharuskan membaca buku-buku teori bahasa Indonesia yang sempat bikin ciut hati karena terdeteksi tata bahasa Indonesia penulisan makalah yang 'kacau'. Heu heu heu..

Bahasa Indonesia tetap penting dan layak dijadikan kriteria utama penilaian di antara beragam disiplin ilmu. Jangan sepelekan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tanpa penguasaan Bahasa Indonesia Anda tidak bisa melewati 'jembatan' suatu ilmu ke ilmu lainnya. Lebih dari itu, Anda tidak bisa membaginya ke 'Muara Segala Ilmu', yakni KEHIDUPAN. Kalau sudah begitu, untuk apa jadi pinter?

Tje Lee Goek!

------- 

Pebrianov17/07/2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun