Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bu, Jangan Remehkan Pelajaran Bahasa Indonesia

16 Juli 2016   11:12 Diperbarui: 16 Juli 2016   17:18 2002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Haah? Kenapa Bahasa Indonesia yang jadi kriteria pertama?" kata ibu A.

"Iya ya, aneh nih aturan pemerintah,... ini kan jaman perkembangan teknologi harusnya mata pelajaran Matematika dan Sains yang jadi kriteri pertama," kata ibu B.

"Dari jaman kita sekolah, pelajaran Bahasa Indonesia, yaa... gitu-gitu aja.... gak ada pentingnya... semua orang juga Matematika dan IPA selalu up to date. Kiita aja sekarang keteteran dampingi anak belajar Matematika dan IPA. Jauh banget sulitnya sekarang dibanding jaman kita dulu. Liat pelajaran aja materi pelajarannya, bikin mules, Bu...."

Si Bapak tadi tampak kaget denga reaksi ketiga Ibu tadi. "Wah, saya juga ndak tau alasan pemerintah, Bu... kali aja karena pelajaran Bahasa Indonesia itu asli milik bangsa sendiri."

"Waah, ndak bisa gitu dong, Pak. Matematika dan IPA itu kan tuntutan jaman sekarang, biar kita bisa bersaing dengan negara lain," Kata Ibu C

"Iya, Pak... Matematika dan IPA itu kunci kalau kita ingin jadi negara maju," kata Ibu B.

Si Bapak itu cuma tersenyum kemudian diam. Tampak dia tak berminat ikut pembicaraan itu. Tangannya diangkat ke atas menandakan tidak tahu pasti atau malas debat dengan ibu-ibu yang nampak 'emosi bin heboh'. Terungkap hasil Ujian Nasional anak Ibu A dan B mendapat nilai lebih rendah dibandingkan nilai Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris.

Saya perhatikan ketiga ibu tersebut makin seru membicarakan 'perkara' nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia. Mereka masih tidak puas dengan penempatan kriteria itu. Sebenarnya saat itu saya 'gatel' ingin nimbrung ngobrol. Tapi dengan gaya dan riuhnya mereka bicara, saya pun jadi 'minder' dan urung nimbrung. Ada kekhawatiran bahasa tubuh saya tidak 'pas' dengan mereka. Bisa rusak susu sebelanga, bukan? Aaghh... andai saja saya ke sekolah itu pakai rok, bra, dan bergincu tentu bakal lain ceritanya..... heu heu heu!

Bahasa Indonesia Tidak Penting?

Ada anggapan di sebagian masyarakat awam bahwa pelajaran Bahasa Indonesia kurang penting. Ilmu eksak lebih penting dan layak karena jadi barometer dunia ilmu masa kini.

Saya tidak ingin memperbandingkan satu bidang ilmu tertentu lebih hebat dibandingkan ilmu lainnya. Setiap bidang ilmu memiliki tujuan dan fungsi masing-masing bagi kehidupan. Antarbidang ilmu itu saling melengkapi untuk pencapaian tujuannya. Porsi peran masing-masing ilmu berbeda, menyesuaikan konteks masalah dan permasalahan yang ingin diurai atau dicari solusinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun