Langkah kakiku masih cepat dan terburu-buru agar bisa tetap sejajar dengan Surat. Jantungku berdegub kencang. Mungkin dipaksa berlari, sementara aku sudah jarang berolah raga, akibatnya jadi terengah-engah.
Sambil kucoba mencerna kata-kata si Surat sembari melihat sekeliling. Banyak orang di sini tampak berlaku tertib, rapi, dan nampak elegan di keramaian. Sebuah peradaban yang enak dinikmati. Namun ada yang janggal kurasa. Kusimak satu persatu, mereka semua pakai celana. Segera kulihat kebawah pinggangku sendiri, ternyata....aaaagghh!
------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H