Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tangan Kebenaran dalam Senyap

25 Mei 2016   03:49 Diperbarui: 25 Mei 2016   04:34 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi tak dihiraukannya.

Gendang telinganya tak mengenal amplitudo gelombang makian dan pujian.

Telinga bukan untuk menggoda hatinya.

Atau memabukkan tangan bekerja. Tapi untuk menjaga mata yang haus kebajikan.

Kita memang menghadap layar. Duduk di remang-remang, tapi jangan biarkan hati jadi gelap.

Bersuara dengan nafas yang berbau.

Membunuh nurani di sudut lembab.

Lihatlah, cahaya datang dari balik layar. 

Terpendar pada bidang.

Sebenarnya ia sedang menyapa kita.

Sembari menerangi tangan-tangan kebajikan bekerja dalam senyap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun