[caption caption="sumber gambar : http://abiummi.com/assets/uploads/2015/04/bermanfaat-bagi-sekitarnya.jpg"][/caption]
Kemarilah mendekat.
Bersama kita simak siluet di depan. Ada tangan seseorang bergerak. Terbuka.
Tangan itu meraih semua lambaian terjuntai dari tubuh merayap dan terlentang.
Tangan itu membuka cangkang tubuh tuannya, kemudian meraih hatinya.
Diulurkannya pada mereka yang tak berdaya.
Kini tangan itu dipenuhi hati yang terbagi. Tanpa sisa.
Matikah dia tanpa hati di cangkang itu? Tidak.
Cahaya dibalik layar itulah nyawanya.
Ada sorak-sorai penuh nada sumbang yang datang.
Dan sesekali aubade mengiring syahdu.
Tapi tak dihiraukannya.
Gendang telinganya tak mengenal amplitudo gelombang makian dan pujian.
Telinga bukan untuk menggoda hatinya.
Atau memabukkan tangan bekerja. Tapi untuk menjaga mata yang haus kebajikan.
Kita memang menghadap layar. Duduk di remang-remang, tapi jangan biarkan hati jadi gelap.
Bersuara dengan nafas yang berbau.
Membunuh nurani di sudut lembab.
Lihatlah, cahaya datang dari balik layar.Â
Terpendar pada bidang.
Sebenarnya ia sedang menyapa kita.
Sembari menerangi tangan-tangan kebajikan bekerja dalam senyap.
Lihatlah cahaya yang datang dari balik layar.
Pada koodinatmu terpaku, dihadirkannya siluet. Tampak hanya hitam.
Namun sadarilah, rima-rima pendarnya ada di lensa mata kita.
Bukan pada pikiran yang penuh duga dan dusta.
Kini beranjaklah sejenak. Kuantar kau mendekat layar.
Menyibak layar.
Memandang realitas terpampang tentang kebajikannya.
Kau akan tahu. Terang tak pernah berbohong.
Karena cahaya itu adalah Zat yang selalu kau baca di setiap kitab.
-------
Pebrianov25/05/2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI