Kau bergumam. Melenguh. Menggeliat. Berkejat-kejat kepenuhan nikmat. Diantara lukaku di sayatan belati tubuhmu. Aku tak perduli.
Teruslah bermimpi, Desol...
Pecundangi dendam mu di lompatan sequen
Jangan henti hujamkan belati tubuhmu di tubuhku.
Biarkan lendir racun masa lalumu muncrat dari pori-pori. Meleleh dari lipatan selangkanganmu. Saat itulah kau dan aku bergenang darah yang sama. Darah cinta putih tak bertuan. Selain satu pemilik. Kau dan Aku !
Â
----
Baca rangkaian fiksi terdahulu ;
Puisi untuk Desol || Bunuh Aku, Pebrianov! || Kubunuh Kau dengan Kelelakianku, Desol! ||Rintih-rintih Palsu Pebrianov || Kunikmati Kemunafikkan Keperempuananmu, Desol! || Pebrianov, Pejantan Basi! || Janji Kematianku pada Desol! || Pebrianov, Mati!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H