Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

DPR RI dan Swedia, Bacaan KS, dan Peradaban

7 Oktober 2024   10:17 Diperbarui: 7 Oktober 2024   10:21 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah pada partai.

Rekrutmen asal populer, biasanya artis, banyak di PAN dan Demokrat, ada pengusaha yang hampir semua partai memilikinya, selain sumber dana juga sumber suara. Mereka      tidak salah, yang ngawur adalah partai yang tidak pernah mau kerja keras untuk kaderisasi dengan baik.

Potong kompas dengan artis, pesohor, dan pengusaha. Lihat saja pilkada itu, modelnya instan, pokoknya menang, mau kucing dalam karung yang kudisan asal menjamin menang juga akan diajukan.

Pun dengan  legislator. Lihat saja perilaku dan tingkah mereka, pernah tidak bicara mengenai bangsa, negara, dan masyarakat? Hampir tidak  terdengar, yang ada masalah kekuasaan, partai, dan dirinya.

Penghargaan akan materi

KPK mati-matian, toh ujung-ujungnya sama saja, mereka terjebak dalam pusaran maling ini. Masyarakat harus diedukasi, materi tidak jahat, namun bagaimana mereka melihat keberadaan kekayaan itu secara utuh. Cara mendapatkan kekayaan dan materi itu bagaimana? Sama sekali tidak ada pembedaan di tengah masyarakat kita.

Mau maling, koruptor, rampok, di desa-desa dengan memelihara tuyul, pekerja keras, semua dianggap sama. Mereka yang kaya ini, meskipun buruk cara memperoleh kekayaan  mendapatkan penghormatan  dan privilege. Lihat di jalan-jalan pada akhir pekan berseliweran HD dan moge dengan arogannya, ada pengawalan dari aparat.

Ke mana pengawal ini ketika jalanan macet pada Senin pagi? Hilang tidak ada rimbanya, bisa meraung-raung mengawal orang kaya lagi jalan-jalan.

Budaya Feodal

Suka atau tidak, feodalisme masih begitu kuat. Kekuasaan dan materi menjadi rujukan dan pokok penghormatan. Padahal tidak demikian, jika mau sedikit saja menepikan dan melihat bagaimana kekuasaan dan kekayaan itu diperoleh.

Koruptor tidak akan dibela, calon presiden, gubernur, walikota, bupati, dan calon-calon yang membayar tidak dipilih, mereka akan mati  kehabisan energi. Toh malah sebaliknya, mereka yang menggelontorkan uang dan sembako yang dipilih. Apakah mereka tidak akan mengeruk mencari keuntungan dan balik modal? Jelas  mereka akan mengembalikan apa yang sudah dikeluarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun