Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen Skandal di Balik Jubah] Pastor Idola Itu...

2 Agustus 2020   18:21 Diperbarui: 2 Agustus 2020   18:29 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sempat terdengar sih ia becanda dengan Mas Hen, kakak kelas di seminari. Mereka berbincang mengenai skandal pastor yang sedang menghangat. Aku pikir hal yang biasa. Mereka mengobrol baik via telpon ataupun ketemuan bahasan yang sama. Sama sekali tidak menjadi perhatian.

Ada momen di mana aku terkejut, ketika sekilas wajahnya sangat marah, namun dengan cepat, kembali datar, tetapi mata dan sorot tatapannya masih marah. Jelas tidak marah ke aku atau anak-anak. Tidak pernah dia memperlihatkan sorot mata seperti itu.

Kemarahan, sedih, dan ketidakberdayaan yang menyatu.

Aku jadi ingat.

Selalu usai memperlihatkan tatapan begitu malamnya pasti mengigau. Igauan yang sama. Bangsat, munafik, matikan.

Tanda samar ini lama-lama aku perhatikan dan cermati, mengapa Mas Boy menjadi seperti itu. Aku juga  sempat tanya ke Mas Ben, siapa tahu dia lebih terbuka pada kakakkelasnya itu. Istri eksim paham kog, mereka menjadi orang kesekian soal relasi. Teman angkatan dan teman eksim lebih dekat dalam arti-arti tertentu.

Ada temannya Mas Boy yang mengatakan, jangan cemburu kalau  ada pertemuan, kopdar sampai menginap sekalipun, jika itu berkaitan dengan rekan seminari. Pendekatan yang sama sangat mungkin juga menjadi prinsip suamiku.

Makin ke sini keadaan tidak membaik, igauan yang sama malah makin sering. Ajakan periksa ditolak mentah-mentah. Halus sih, tapi sangat tegas dan getas. Ada nada getir di sana.

Mukjizat itu akhirnya datang, aku membuka kiriman teman, ada video asyik, dari Pastor Tony, kata Mas Boy ini adalah pamongnya. Dia tidak pernah cerita sih, hanya kata teman-temannya kalau datang atau kumpul.

Video singkat, inspiratif, dan bagus, dikirim kawanku yang bukan Katolik. ia mengapresiasi pendekatan Pastor Tony yang sangat merakyat dan sederhana. Pas aku putar, volume itu aku besarkan, biar semua mendengar. Reaksi kemarahan yang sama dipertunjukan dengan sangat jelas. Kali ini  Mas Boy tidak menyembunyikannya dengan waktu cukup lama untuk aku bisa membacanya dengan sangat jelas. Bibirnya mau terucap namun tidak keluar.

Ketika dini hari ia mengigau aku sudah siap, aku hanya tidur-tidur ayam, karena kepikiran ada apa, dan juga harap-harap cemas jika akan ada igauan di malam ini. Benar adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun