Melihat papan nama guru dan karyawan di kantor Tata usaha aku menemukan nama yang sangat familiar di mataku.. Dany, Albertus Dany Putradewa, Â Dany sahabat, "rival" itu jadi guru olah raga di almamaternya. Ketemu aku pertama kali ia langsung menepuk dengan keras dan merangkulku erat, ia menangis sesenggukan di pundakku. Di hall di mana penuh dengan murid kami, ia tidak malu.
Â
"Frater, maafkan aku ya...."
Â
Aku bisikan di telinganya, "Panggil aku Gabie kalau tidak di depan anak-anak...." dia makin terisak.
Â
"Sudah-sudah, ada apa sih...kita kan tim? Kini sama saja. Jangan lihat aku mewaliki yayasan, lihat aku Gabi yang dulu, bersama-sama membangun sekolah ini dengan prestasi kita. Ini sama persis." Ujarku bersemangat.
Â
"Tidak mungkin Frater, jaauh kita, saya karyawan...."
Â
"Sekali lagi kamu katakan itu, aku rekomendasikan pemecatanmu dengan jaminan kamu tidak akan diterima di sekolah lain, dan tidak akan bisa melatih basket di mana pun...." ancamku becanda.