ABSTRAK
Pada abad kedua, umat Kristen mulai bertumbuh dalam iman kepada Yesus Kristus. Bersama Uskup, imam, dan diakon menghidupi ajaran-ajaran Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Bersamaan dengan perkembangan iman jemaat, muncul pengajaran-pengajaran palsu yang mengakibatkan perpecahan di antara komunitas Kristen. Doketisme dan yudaisme sama-sama menyebarkan ajarannya masing- masing, sehingga iman jemaat terpecah-pecah. Ignatius kala itu dipilih menjadi uskup di Antiokhia berjuang meneguhkan iman jemaat. Namun tidak dapat disangka, Kaisar tidak menginginkan Kristen berkembang karena tidak mau menyembah dewa-dewa Romawi dan Kaisar. Akibatnya, jemaat Kristen dan juga Ignatius ditangkap dan disiksa sampai mati. Dalam perjalanan menuju Roma, Ignatius menulis tujuh surat yang ditujukan kepada jemaat-jemaatnya. Nasehat untuk setia kepada uskup dan bersatu dalam Ekaristi sumber keselamatan bagi umat Kristen.
PENGANTAR
Setelah kebangkitan Yesus dari mati, para murid bergegas mewartakan kabar gembira bahwa guru mereka adalah Mesias. Orang-orang yang percaya kepada kebangkitan Yesus dan pewartaan para murid minta dibaptis, dan jumlah mereka semakin banyak. Mereka yang percaya kepada Yesus membuat komunitas baru dan menyebut diri mereka Kristen. Karena jemaat perdana ini baru muncul di tengah-tengah masyarakat dan budaya yang belum mengenal Yesus Kristus beserta ajarannya, heran dengan apa yang dibuat orang Kristen. Orang Kristen berkumpul, berdoa, dan merayakan Ekaristi untuk mengenal Yesus. Dalam perkembangan jemaat, muncul juga aliran-aliran yang menawarkan bahwa ajaran mereka lebih benar seperti doketisme, yudaisme, dan sebagainya. Doketisme sebagai aliran heresi sangat mempengaruhi pemahaman jemaat akan keilahian Yesus. Tidak mungkin Putra Allah menjadi manusia, sebab daging adalah sumber dosa. Pemikiran ini sangat mengganggu pemahaman dan iman jemaat, sehingga beberapa dari mereka keluar dari komunitas dan ikut ajaran doketisme. Di samping itu juga, jemaat di bawah kepemimpinan kaisar Roma. Kaisar berperan penuh mengatur kehidupan masyarakat, termasuk agama yang mereka anut. Karena orang Kristen lebih percaya kepada Yesus ketimbang kepada dewa- dewa Roma dan tidak patuh kepada perintah Kaisar mereka ditangkap dan dihukum mati.
Masa suram jemaat ini, menuntut adanya pemimpin yang bijaksana dan berjiwa martir. Kehadiran Ignatius sebagai uskup Antiokhia meneguhkan iman umat. Dia sangat prihatin dengan kondisi jemaat. Maka, dalam surat-suratnya ia menasihati supaya umat tetap bersatu dengan Uskup di keuskupan dimana berdomisili. Sebab, Uskup adalah pemegang ajaran yang benar. Lebih jauh lagi, Ignatius mendorong umat supaya setiap melaksanakan dan ikut ambil bagian dalam perayaan Ekaristi. Karena Ekaristi pemersatu jemaat.
ISI
 Ignasius seorang murid Santo Yohanes, rasul dan penulis Injil. Bagi Santo Yohanes, Ignasius merupakan seorang murid yang pandai, saleh, dan bijaksana. Ignasius masuk menjadi Kristen ketika usianya masih muda. Berkat kesalehan dan kebijaksanaannya, ia dipilih menjadi uskup Antiokhia ketiga menggantikan Rasul Petrus dan St. Evodius. Ia menjadi uskup di Anatiokhia (sekarang termasuk Turki) dari tahun 70 sampai tahun 107, saat wafatnya sebagai martir.2
Di kota Antiokhia inilah murid-murid untuk pertama kalinya disebut Kristen. Pada masa jabatannya menjadi Uskup Antiokhia, bersama dengan umat Kristen lainnya dikejar dan dianiaya oleh para prajurit Kaisar Trayanus. Pada saat akan ditangkap, Kaisar bertanya kepada Ignasius, siapakah dirimu, wahai orang jahat yang tidak taat pada perintah Kaisar? Dengan santai dan penuh ketenangan Ignasius menjawab Kaisar katanya, "janganlah engkau menyebut jahat kepada orang yang membawa Tuhan di dalam dirinya. Aku adalah Ignasius, seorang pemimpin orang-orang yang berdiri di hadapanmu. Kami semua ini adalah pengikut Yesus Kristus, yang telah disalibkan demi keselamatan jiwa umat manusia. Yesus Kristus itu adalah Tuhan kami, dan untuk selama-lamanya Ia tinggal di dalam hati kami".3 Atas jawaban itu, Kaisar marah. Dengan tegas Kaisar menyuruh pasukannya menangkap Ignatius dan rombongannya untuk di siksa. Selama dalam perjalanan dari Syiria menuju kota Roma, Ignatius menulis surat yang ditujukan kepada Santo Polikarpus. Surat yang sangat penting bagi iman umat dan untuk mengenal kesetiaan Ignasius kepada Yesus Kristus.
Setelah tiba di Roma, Ignasius digiring oleh prajurit Kaisar menuju masuk gelanggang binatang buas. Di dalam kandang itu telah ada beberapa singa yang sangat lapar, ketika Ignasius dimasukkan ke dalam kandang dengan segera singa-singa menerkamnya dan mencabik-cabik tubuhnya. Dengan demikian darah Ignasius mengalir deras di atas tanah. Ia meninggal dunia pada 107 Masehi. Peristiwa yang mengenaskan akibat cintanya kepada Yesus Kristus itu menjadikannya seorang martir. Pesta peringatannya dirayakan setiap tanggal 17 Oktober oleh Gereja Katolik dan Kekristenan Barat, oleh Gereja Ortodoks Timur peringatannya setiap tanggal 20 Desember.
Selama di perjalanan menjadi tawanan menuju Roma, kota pertama yang disinggahinya ialah Smyrna, tempat St. Polikarpus menjabat sebagai Uskup. Di kota ini, Ignatius menulis empat surat yakni, untuk Gereja di Efesus, Magnesia, Tralli, dan Roma. Setelah selesai singgah di Smyrna, Iganisus tiba di Troas, ia menulis dua surat yakni, ditujukan kepada Gereja di Filadelfia dan Smyrna, dan sepucuk surat untuk Uskup Polycarpus. Tentang kisah penulisan surat Ignasius ini, kita tahu dari seorang sejarawan gereja bernama Eusibius.4
Surat-surat yang dialamatkan kepada Gereja-gereja di Asia kecil. Surat yang terkumpul banyak mengatasnamakan Ignatius dan banyak juga dari suratnya yang tidak sesuai dengan ajaran Gereja. Surat-surat Ignatius terbagi dalam tiga edisi, yakni edisi panjang, edisi pendek, dan edisi Syria.