Mohon tunggu...
Paulina Sihaloho
Paulina Sihaloho Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Aku pelajar SMA Bintang Timur, Pematang Siantar. Aku menulis untuk mengasah dan mempertajam pikiran, serta menjadikan hidupku lebih baik dari hari ke hari.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Anak adalah Maha Guru bagi Dirinya dan Sumber Belajar bagi Teman-Temannya

6 November 2024   16:20 Diperbarui: 6 November 2024   17:14 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, saya memasukkan pengalaman saya berkaitan dengan membaca dan berpikir kritis dalam apa yang disebut karya tulis ilmiah tersebut. Saya juga mengikuti aturan sesuai dengan buku panduan, termasuk membuat catatan kaki.

Kaget! Iya betul! Saya malah disuruh untuk tidak perlu memasukkan bagian-bagian yang merupakan pengalaman saya sendiri di dalam karya tulis itu. "Cukup para ahli saja", begitu kata guru yang membimbing. "Catatan kaki nggak usah panjang-panjang. Kalaupun perlu, singkat saja!" lanjutnya.

Setahu saya, dalam buku panduan pun, tidak ada larangan membuat catatan kaki yang panjang. Saya juga melihat beberapa buku yang ada di rumah, ada kok catatan-catatan kaki yang panjang-panjang, bisa lebih dari setengah halaman buku. Jadi, kenapa saya dilarang membuat catatan kaki?

Maksud saya membuat catatan kaki yang agak panjang, tidak sampai sepertiga halaman adalah karena informasi yang saya sampaikan di catatan kaki boleh dibaca boleh tidak, nilai-penting dari catatan itu tidak sepenting dari kalimat-kalimat yang ada di badan utama halaman. Itu juga salah satu pengertian catatan kali yang saya pahami.

Kebayang nggak sih bagaimana perasaan saya? Sudah 12 tahun lebih saya berada di sekolah, dari PAUD sampai sekarang saya kelas III SMA. Lho, kok saya "tidak diperbolehkan" menuliskan pengalaman dan pendapat saya tentang topik yang saya teliti? Apalagi, topik saya adalah tentang membaca dan berpikir kritis. Saya sendiri sudah melakukannya sejak SD sampai sekarang, membaca buku-buku teks pelajaran sekolah dan juga buku-buku non-teks pelajaran sekolah. Sudah pastilah saya mempunyai pengalaman dan pendapat saya sendiri tentang hal itu.

Tadinya, saya sempat berpikir, apa yang saya lakukan akan dihargai oleh guru yang membimbing. Saya betulan kaget, yang terjadi justru sebaliknya. Malah saya mendengar, "Nggak capek kau bikin kayak gini?" Saya bilang, "Nggak kok Bu, saya kan kuat orangnya!" Palingan itulah yang bisa saya sampaikan, mau bilang apa lagi?

Saya justru merenung-reenungkan lebih dalam: Mengapa bisa begitu ya? Apa sebenarnya yang terjadi? Apakah hanya saya yang mengalami hal seperti itu dan sejenisnya?

Saya rasa, nggak juga. Bisa jadi, itu juga merupakan pengalaman banyak orang, banyak siswa.

Bagaimana perasaan saya terhadap guru yang seperti itu? Biasa sajalah. Apakah itu salah guru? Nggak juga. Menurutku, itulah yang diketahui oleh guru itu. Itulah yang paling baik menurut sang guru. Kalau nggak, mana mungkin pula saya disuruh (dilarang) menuangkan pengalaman dan pendapat saya dalam karya tulis ilmiah yang saya kerjakan sendiri kan? Menurut guru pada umumnya, murid itu belajar di sekolah karena mereka belum atau tidak tahu. Jadi, kalau menulis karya tulis, rujuklah apa kata para ahli, bukan apa katamu sebagai siswa karena kau bukan seorang ahli. Itu kan maksudnya?

Di mana pula kita harus mencari pendidik seperti Romo Mangun? Apakah perguruan-perguruan tinggi kita mencetak guru-guru sebagai pendidik yang semangat dan metodenya sejalan dengan Romo Mangun? Anak adalah maha guru bagi dirinya dan sumber belajar bagi teman-temannya?

Sebagai seorang siswa yang sudah kelas III SMA, saya bertanya-tanya: "Kalau sistem pendidikan yang memperlakukan siswa sebagai orang yang tidak tahu dan perlu diajari agar menjadi tahu, masih terus dipertahankan, akan seperti apalah nanti Indonesia ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun