Mohon tunggu...
Patricia Rose
Patricia Rose Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Film Tanda Tanya (2011): Toleransi Umat Agama

13 Maret 2022   18:06 Diperbarui: 13 Maret 2022   18:09 1511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Juga terdapat kesepakatan dan ketidaksepakatan mengenai kekerasan antar umat agama, contohnya ketika ditemukan bom di Gereja pada hari raya Natal dan penusukan Pastor yang terlihat pada bagian awal film. Lalu terdapat beberapa usaha masing-masing keluarga agar dapat menghentikannya.

Ulasan Film 

Terdapat banyak sekali nilai hidup yang dapat diambil dari film Tanda Tanya untuk penontonnya. Salah satunya adalah untuk mengasihi sesamamu, seperti kamu mengasihi dirimu sendiri. 

Para aktor yang berada dalam film sangat mendalami peran, sehingga penonton dapat merasakan kesedihan, kegembiraan, dan perasaan lainnya yang dirasakan pada tokoh dalam film. Bahkan, tidak hanya tokoh utama, seluruh tokoh yang tertangkap dalam layar dapat bekerja dengan baik. 

Seperti Ibu Novi yang dapat membuat penonton kesal, Abi yang merupakan anak dari Rika mampu menunjukkan perasaan kesal akibat sikap ibunya yang telah berubah, dan tokoh-tokoh lainnya. Soundtrack yang dipakai dalam film ini pun sangat mendukung dan menyatu dengan suasana yang ada.

Namun, menurut saya juga terdapat beberapa kekurangan. Tema dari film Tanda Tanya termasuk sangat sensitif untuk dibicarakan, karena dapat memicu konflik atau kontroversi. Menurut situs Liputan6, terdapat sebuah organisasi masyarakat yang sempat mengecam peredaran film Tanda Tanya ini. 

Hal tersebut dikarenakan, film tersebut terlalu liberal dan tidak sesuai dengan pandangan Organisasi Massa. Bisa berupa perbedaan pendapat ataupun hal lainnya. Bahasa yang digunakan dalam film ini cukup sulit dimengerti. Ada beberapa kali menggunakan bahasa daerah dan akan sulit dipahami seseorang jika tidak terdapat subtitle. Juga terdapat banyak bahasa atau istilah yang termasuk kasar.

Jika dilihat dari sisi alur ceritanya, muncul klimaks sangatlah lama jika dibandingkan dengan film-film lainnya. Puncak dari konflik tersebut muncul pada sekitar 20 menit terakhir. Sedangkan, pada umumnya puncak konflik muncul pada pertengahan film. 

Dengan lama munculnya klimaks, film dapat terasa lebih lama dan berpotensi membuat para penonton merasa bosan. Cara film ini selesai juga terlihat sangat buru-buru. Walaupun masalah setiap keluarga dapat terselesaikan. 

Pada akhir film, kita dapat melihat Soleh yang menyelamatkan banyak orang dari bom di Gereja tetapi tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Lalu diakhiri dengan Pasar Baru yang digantikan menjadi Pasar Soleh.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun