Proses berpikir dan pengetahuan dilihat dari cirinya dapat dibagi ke dalam tiga jenis, di antaranya:
 (1) Berpikir sederhana (biasa) akan menghasilkan pengetahuan ekstensial (pengetahuan);Â
(2) Berpikir sistematis faktual menghasilkan pengetahuan ilmiah (ilmu); danÂ
(3) Berpikir radikal tentang hakikat sesuatu akan menghasilkan pengetahuan filosofis (filsafat).Â
Semua jenis pengetahuan dan proses berpikir di atas mempunyai manfaatnya masing-masing. Perbedaan ketiganya hanya bersifat gradual, karena semuanya merupakan sifat dasar manusia.Â
Sifat dasar berpikir dan berpengetahuan yang dimiliki manusia telah menjadikan daya dorong untuk lebih memahami kaidah berpikir dengan benar (logika), dan semua itu memerlukan keahlian. Semakin tinggi tingkatan pengetahuan dan proses berpikirnya, maka semakin sedikit pula manusia yang mampu melakukannya.Â
Namun, serendah apa pun proses berpikir dan berpengetahuan yang dimiliki seseorang, manusia tetap saja dapat menggunakan akalnya untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan, terutama dalam menghadapi masalah kehidupan, sehingga manusia dapat bertahan hidup. Pengetahuan inilah yang disebut pengetahuan eksistensial.Â
Berpikir dan memiliki pengetahuan yang luas merupakan syarat mutlak bagi manusia untuk bertahan hidup.Â
Untuk itu, Tuhan YME membekali manusia dengan akal dan pikiran yang dapat digunakan untuk lebih memperluas dan memperdalam pengetahuan. Terdapat dua alasan kenapa manusia sangat memerlukan pengetahuan guna mempertahankan hidupnya.Â
Pertama, manusia tidak terbiasa hidup dengan kondisi alam yang masih alami dan belum terolah dengan baik, berbeda dengan hewan yang sudah siap dan terbiasa dengan kondisi alam yang masih asli karena berbagai kemampuannya.Â
Kedua, manusia merupakan makhluk yang selalu penasaran dengan segala sesuatu. Manusia selalu menanyakan segala hal, baik yang eksplisit maupun implisit, sehingga berpikir dan pengetahuan merupakan jawabannya.Â