Belajar Bermain Sepeda
Oleh: Patimah
Andri adalah anak yang periang dan penuh rasa ingin tahu. Ia selalu ingin mencoba hal-hal baru, dan kali ini, Andri ingin belajar naik sepeda.
Suatu pagi yang cerah, Andri menghampiri ibunya yang sedang menyiram tanaman di kebun.
"Mama, aku mau belajar naik sepeda!" kata Andri dengan semangat.
Mama tersenyum, mengusap kepala Andri, dan berkata, "Tentu, Andri. Mama akan membantumu belajar. Ayo kita ambil sepedanya di garasi."
Andri berlari ke garasi dengan gembira. Di sana, sebuah sepeda kecil berwarna biru dengan roda bantu menunggu untuk digunakan. Andri memandang sepeda itu dengan mata berbinar.
"Ini dia sepedanya, Ma!" seru Andri.
Mama mendekat dan mengeluarkan sepeda dari garasi. "Baiklah, Andri. Pertama-tama, kita akan belajar menyeimbangkan diri dengan roda bantu ini. Yuk, kita ke halaman depan."
Mereka berdua berjalan menuju halaman depan rumah. Mama memegang sepeda, memastikan Andri duduk dengan nyaman di atas sadel.
"Pegang stang dengan kuat, Andri. Mama akan dorong perlahan-lahan, oke?" kata Mama sambil memberikan instruksi.
Andri mengangguk, wajahnya penuh semangat. "Siap, Ma!"
Mama mulai mendorong sepeda perlahan. "Coba kamu kayuh, Andri. Rasakan pedalnya bergerak."
Andri mulai mengayuh pedal dengan perlahan. Awalnya, ia merasa canggung, tapi dengan dorongan Mama, ia mulai mendapatkan ritmenya.
"Lihat, Ma! Aku bisa!" seru Andri sambil tertawa.
"Bagus sekali, Andri! Terus kayuh ya, Mama di sini menemani," kata Mama sambil terus mendorong sepeda.
Setelah beberapa putaran, Andri mulai merasa lebih percaya diri. "Mama, aku mau coba sendiri. Mama lepasin dorongannya ya?"
Mama mengangguk, "Oke, tapi Mama tetap di dekatmu. Kalau kamu merasa tidak seimbang, bilang Mama ya."
Mama melepaskan pegangan perlahan-lahan, membiarkan Andri mengayuh sendiri. Andri merasa sedikit goyah, tapi ia terus mengayuh dan menjaga keseimbangan dengan baik.
"Hebat, Andri! Kamu sudah bisa sendiri!" kata Mama dengan bangga.
Namun, tak lama kemudian, Andri kehilangan keseimbangan dan sepeda miring ke satu sisi. "Aduh!" seru Andri saat sepeda hampir jatuh. Mama dengan cepat menangkap sepeda sebelum Andri benar-benar terjatuh.
"Tidak apa-apa, Andri. Jatuh itu biasa. Kamu sudah hebat bisa mengayuh sendiri," kata Mama sambil menghibur Andri.
Andri menunduk sejenak, tapi kemudian mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Aku akan coba lagi, Ma!"
Mama tersenyum bangga dengan keteguhan hati Andri. "Itu baru Andri yang Mama kenal. Ayo, kita coba lagi."
Setelah beberapa kali mencoba, Andri akhirnya bisa mengayuh sepeda dengan lebih lancar. Mama selalu berada di dekatnya, memberikan semangat dan memastikan Andri tetap aman.
"Ma, aku merasa sudah lebih baik sekarang. Aku ingin mencoba tanpa roda bantu," kata Andri suatu hari setelah latihan.
Mama terdiam sejenak, memandang Andri dengan penuh pertimbangan. "Baiklah, Andri. Tapi ingat, ini akan lebih sulit dan kamu mungkin akan jatuh beberapa kali. Mama akan selalu di sini membantumu."
Mereka berdua pergi ke bengkel kecil di garasi dan Mama membuka roda bantu dari sepeda Andri. Setelah selesai, Andri melihat sepeda itu dengan penuh semangat dan sedikit rasa takut.
"Ayo, Andri. Kita coba pelan-pelan," kata Mama sambil membantu Andri naik ke sepeda.
Andri duduk dengan hati-hati dan menggenggam stang dengan erat. Mama memegang bagian belakang sepeda dan mulai mendorong perlahan.
"Kayuh, Andri. Rasakan keseimbangannya," kata Mama.
Andri mulai mengayuh, merasakan sepeda bergerak tanpa bantuan roda samping. Ia merasa sedikit goyah, tetapi Mama tetap memegang bagian belakang sepeda, memastikan Andri tidak terjatuh.
"Bagus, Andri. Terus kayuh. Mama akan lepaskan perlahan, oke?" kata Mama.
Andri mengangguk, dan Mama melepaskan pegangan dengan sangat hati-hati. Andri berhasil menjaga keseimbangan untuk beberapa detik sebelum ia mulai terhuyung dan akhirnya jatuh ke rumput.
"Aduh!" seru Andri sambil tertawa kecil. Mama segera mendekatinya.
"Kamu baik-baik saja, Andri?" tanya Mama dengan cemas.
Andri bangkit dan mengangguk. "Aku baik-baik saja, Ma. Aku ingin coba lagi."
Mama tersenyum dan membantu Andri bangun. "Kamu memang anak yang hebat. Ayo kita coba lagi."
Setelah beberapa kali jatuh dan bangun, Andri akhirnya bisa mengayuh sepeda tanpa roda bantu. Ia mengelilingi halaman dengan penuh kebanggaan, sementara Mama mengawasinya dengan senyum lebar.
"Ma, lihat aku! Aku bisa!" seru Andri dengan gembira.
Mama mengangkat tangan dan bertepuk tangan. "Hebat sekali, Andri! Mama bangga padamu."
Hari-hari berikutnya, Andri semakin mahir mengayuh sepeda. Ia bahkan mulai bersepeda di sekitar rumah dan bertemu dengan teman-temannya yang juga bersepeda.
Suatu sore, saat Andri sedang bersepeda di taman dekat rumah, ia melihat seorang anak kecil yang kesulitan belajar sepeda. Anak itu terlihat frustrasi dan hampir menangis.
Andri menghampiri anak itu dan tersenyum. "Hai, namaku Andri. Kamu lagi belajar sepeda juga ya?"
Anak itu mengangguk. "Namaku Budi. Aku tidak bisa menjaga keseimbangan."
Andri teringat pada hari-hari awalnya belajar sepeda bersama Mama. Ia pun memutuskan untuk membantu Budi.
"Ayo, Budi. Aku akan bantu kamu. Pegang stang dengan kuat, dan aku akan dorong pelan-pelan," kata Andri.
Budi tersenyum dan mengangguk. Andri mulai mendorong sepeda Budi dengan hati-hati, persis seperti yang Mama lakukan padanya. Setelah beberapa kali mencoba, Budi akhirnya bisa mengayuh sepeda sendiri.
"Terima kasih, Andri!" seru Budi dengan gembira.
Andri tersenyum. "Sama-sama, Budi. Jatuh itu biasa, yang penting kita terus mencoba."
Saat Andri pulang ke rumah, Mama menyambutnya dengan pelukan hangat. "Bagaimana harimu, Andri?"
"Aku membantu Budi belajar sepeda, Ma. Rasanya menyenangkan bisa membantu orang lain," jawab Andri dengan bangga.
Mama tersenyum penuh kasih. "Kamu memang anak yang luar biasa. Mama sangat bangga padamu, Andri."
Andri merasa bahagia. Belajar naik sepeda bukan hanya memberinya keterampilan baru, tetapi juga mengajarkannya tentang kesabaran, ketekunan, dan kebaikan. Dengan bantuan Mama, Andri belajar bahwa dengan usaha dan semangat yang tinggi, kita bisa mencapai apa pun yang kita inginkan.
Dan begitulah, Andri terus bersepeda dengan penuh semangat, menjelajahi dunia di sekitarnya, dan selalu siap untuk membantu teman-temannya. Kegiatan belajar sepeda bersama Mama menjadi kenangan manis yang akan selalu ia ingat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H