"Aduh!" seru Andri sambil tertawa kecil. Mama segera mendekatinya.
"Kamu baik-baik saja, Andri?" tanya Mama dengan cemas.
Andri bangkit dan mengangguk. "Aku baik-baik saja, Ma. Aku ingin coba lagi."
Mama tersenyum dan membantu Andri bangun. "Kamu memang anak yang hebat. Ayo kita coba lagi."
Setelah beberapa kali jatuh dan bangun, Andri akhirnya bisa mengayuh sepeda tanpa roda bantu. Ia mengelilingi halaman dengan penuh kebanggaan, sementara Mama mengawasinya dengan senyum lebar.
"Ma, lihat aku! Aku bisa!" seru Andri dengan gembira.
Mama mengangkat tangan dan bertepuk tangan. "Hebat sekali, Andri! Mama bangga padamu."
Hari-hari berikutnya, Andri semakin mahir mengayuh sepeda. Ia bahkan mulai bersepeda di sekitar rumah dan bertemu dengan teman-temannya yang juga bersepeda.
Suatu sore, saat Andri sedang bersepeda di taman dekat rumah, ia melihat seorang anak kecil yang kesulitan belajar sepeda. Anak itu terlihat frustrasi dan hampir menangis.
Andri menghampiri anak itu dan tersenyum. "Hai, namaku Andri. Kamu lagi belajar sepeda juga ya?"
Anak itu mengangguk. "Namaku Budi. Aku tidak bisa menjaga keseimbangan."