17 Agustus kemarin
Kita telah lalui bahkan mungkin akan lagi
Pesan sengaja agar dilihat dan direnung ulang
Rakyat memang pemegang kedaulatan
Yang berarti kekuasaan mutlak
Berarti pula bebas menyatakan kepada yang diwakilkan
Wakil sendiri harus sadar diri
Wakil tetap saja bukan pemegang kekuasaan
Wakil hanya menyampaikan tidak lantas menjadi kebenaran penuh
Wakil harus bolakbalik menanya dan menimbang ulang
Pesan sudah disampaikan
Berharap pegangan memberi ruang kebebasan
Saran Memang berisik bagi yang tak suka
Itu
Lebih baik dari pada mengumpat
Ujaran kebencian
Padahal kita tak pernah tau itu benci atau cinta
Apa itu benci dan cinta ...
Apakah itu sama atau berbeda
Nyatanya bahasanya begitu apa adanya
Merasakan lebih tau dibanding mereka yang tinggal membulak balik tinta
Kita sudah merdeka katanya sambil menghempas kepulan kretek di bibirnya
Padat dan berisi
Betulkah kita sudah merdeka
Bukankah banyak rakyat kehilangan tanahnya
Bukankah masih banyak rakyat kehilangan haknya
Hak mencela dan memuja
Hak membenci dan mencinta
1999 beberapa tahun silam menitip pesan
Kebebasan
Betulkah hak itu hadir
Betulkah rakyat mendapat jawaban
Nyatanya rakyat harus tetap berjibaku
Adil itu tidak mudah
Menghadirkannya di depan meja bagaikan memetik buah dari mimpi
Wakil telah lahir kembali
79 tahun hari jadi ini
Waktu kewaktu merenungi
Mungkinkah kita mampu tahu diri
Awan berarak di puncak
Penuh siap
Angin berlarilari sejak kemarin
Mengorkestra di denyut Nusantara
Generasi silih berganti
Indonesia akankah tinggal nama
Ataukah menjadi esensi bersama
Dayung bersama tidak mudah
Tapi
Harus mampu menjawab kegundahan
Jadi Indonesia bukan sendiri
Indonesia adalah kita
Bersama dalam suka duka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H