Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Trump Buka Pintu dengan Menetapkan Houthi sebagai Organisasi Teroris Asing

24 Januari 2025   17:45 Diperbarui: 24 Januari 2025   17:45 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden AS Donald Trump menunjukkan Perpres yang telah ditekennya. (Sumber :  Anna Moneymaker/Getty Images via axios.com).

Trump Buka Pintu dengan Menetapkan Houthi sebagai Organisasi Teroris Asing

Presiden AS Donald Trump telah menetapkan kembali Houthi Yaman sebagai "Organisasi Teroris Asing" atas serangan mereka terhadap pengiriman barang di Laut Merah dan Israel yang terkait dengan perang Gaza.

"Aktivitas Houthi mengancam keamanan warga sipil dan personel AS di middle-east, keselamatan mitra regional terdekat AS, dan stabilitas perdagangan maritim global," kata sebuah perintah Trump.

Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) harus memutuskan hubungan dengan mitra yang membayar entitas Houthi atau yang "mengkritik upaya untuk melawan" kelompok yang didukung Iran ini, yang dapat mempengaruhi organisasi kemanusiaan.

Kelompok Houthi berpropaganda tindakan tersebut menargetkan "seluruh penduduk" Yaman atas dukungan mereka terhadap Arab-Palestina.

Sejumlah provokator dari entitas negara maupun ormas ganas di  sekitar kawasan menuding "penunjukan AS tersebut mencerminkan tingkat bias dunia barat terhadap entitas Zionis yang merampas kekuasaan," sebuah pernyataan yang pastinya mengacu pada Israel.

Mantan Presiden AS Joe Biden telah mencabut penetapan Organisasi Teroris Asing (FTO) pada tahun 2021, dengan alasan perlunya meringankan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, yaitu Yaman.

Yaman telah hancur oleh perang saudara yang meningkat 10 tahun lalu, ketika Houthi merebut kendali wilayah barat laut negara itu dari pemerintah yang diakui internasional. Koalisi pimpinan Saudi yang didukung oleh AS campur tangan dalam upaya memulihkan kekuasaannya.

Pertempuran tersebut dilaporkan telah menewaskan lebih dari 150.000 orang dan memicu bencana kemanusiaan, dengan 4,8 juta orang mengungsi dan 19,5 juta - setengah dari populasi - membutuhkan beberapa bentuk bantuan.

Meskipun situasinya horrific, Biden kembali memasukkan Houthi ke dalam daftar Teroris Global yang ditunjuk Khusus - tidak seberat FTO - Januari lalu atas serangan mereka terhadap logistic atau pengiriman global dan Israel, yang terkait dengan perang di Gaza.

Sejak Nopember 2023, Houthi telah menargetkan puluhan kapal dagang dengan rudal, pesawat nirawak, dan serangan speed boat kecil di Laut Merah dan Teluk Aden. Mereka telah menenggelamkan dua kapal, menyita kapal ketiga, dan menewaskan empat awak kapal.

Houthi mengatakan mereka bertindak untuk mendukung Arab-Palestina dalam perang antara Israel dan Hamas di Gaza, dan telah mengklaim -- kebanyakan ngawur - bahwa mereka menargetkan kapal-kapal yang hanya terkait dengan Israel, AS, atau Inggris.

Kelompok Houthi tidak gentar menghadapi pengerahan kapal perang Barat di Laut Merah dan Teluk Aden untuk melindungi kapal dagang, atau oleh serangkaian serangan udara AS dan Inggris terhadap sasaran militer Houthi.

Israel juga telah melancarkan serangan udara terhadap Houthi sejak Juli sebagai balasan atas 400 rudal dan drone yang menurut militer Israel telah diluncurkan ke negara itu dari Yaman, yang sebagian besar telah ditembak jatuh.

Penunjukan SDGT bagi Houthi mengharuskan lembaga keuangan AS untuk membekukan dana Houthi dan berarti anggotanya akan dilarang memasuki AS.

Penunjukan FTO berarti bahwa siapa pun di AS atau luar negeri yang dicurigai memberikan dukungan atau sumberdaya kepada Houthi dapat dituntut berdasarkan berbagai undang-undang AS, termasuk undang-undang yang melarang dukungan material untuk terorisme.

Kelompok hak asasi manusia sebelumnya mengatakan hal ini dapat mencegah organisasi kemanusiaan beroperasi di wilayah yang dikuasai Houthi, tempat sebagian besar penduduk Yaman tinggal.

Rashad al-Alimi, yang memimpin Dewan Kepresidenan Yaman yang diakui secara internasional, berterimakasih kepada Trump atas penunjukan tersebut, yang menurutnya merupakan "kunci akuntabilitas dan langkah menuju perdamaian dan stabilitas di Yaman dan kawasan".

Merespon gambaran perkembangan baru di atas, apalagi di saat Trump berkuasa sekarang ini, dimana ia sudah menyatakan bahwa pelanggaran gencatan senjata oleh Hamas tidak akan bisa dimaafkan, dan Trump bisa saja membiarkan Israel membumihanguskan lagi Gaza dalam rangka penghancuran Hamas. Dan Houthi adalah duri terakhir yang juga harus dilenyapkan dari poros perlawanan yang dipimpin Iran, sehingga Revisionisme dari dunia Arab terhadap tanah legacy Israel takkan pernah ada lagi.

Pastinya perkembangan baru ini menegaskan kebijakan pemerintahan Trump dalam memperketat tekanan terhadap kelompok Houthi dan, secara lebih luas, terhadap poros perlawanan yang dipimpin Iran. Penetapan kembali Houthi sebagai "Organisasi Teroris Asing" (FTO) menunjukkan pendekatan keras yang bertujuan melindungi sekutu AS, terutama Israel dan negara-negara Teluk, serta menjaga stabilitas perdagangan maritim global yang terancam oleh aksi Houthi di Laut Merah.

Respon ini sejalan dengan pandangan Trump tentang dukungan mutlak kepada Israel, termasuk kemungkinan tindakan agresif terhadap Hamas di Gaza. Dalam hal ini, Houthi dianggap sebagai ancaman strategis terakhir yang perlu diatasi untuk memperlemah jaringan perlawanan terhadap Israel di Timur Tengah.

Penetapan FTO atau SDGT pada kelompok Houthi berpotensi membatasi bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan oleh warga Yaman di wilayah yang mereka kuasai. Meskipun Trump dan sekutunya, seperti Rashad al-Alimi, melihat ini sebagai langkah menuju stabilitas, organisasi hak asasi manusia memperingatkan kebijakan ini dapat memperpanjang penderitaan jutaan warga sipil.

Secara strategis, kebijakan ini menandai upaya untuk menghancurkan setiap bentuk perlawanan yang didukung Iran di kawasan, termasuk Houthi, guna mengamankan dominasi Israel dan sekutu-sekutu AS di middle-east. Jika eskalasi ini berlanjut, risiko konflik regional yang lebih besar dan dampaknya terhadap penduduk sipil akan semakin meningkat.

Tanpa gempuran terbatas tapi menghancurkan terhadap sarang persenjataan Iran yang banyak di antaranya disembunyikan di bunker-bunker khusus di titik tertentu di pegunungan Iran, Houthi meski dibombardir akan bereinkarnasi kembali untuk merajalela lagi di Laut Arab dan Laut Merah, karena sang kepala ular, yaitu Iran, belum terpenggal kepalanya secara signifikan.

Inilah barangkali celah terakhir yang harus dilewati Trump, Netanyahu dan MBT. Artinya pada saat yang tepat Israel dan AS harus melucuti Iran agar middle-east terlepas total dari ancaman Iran dan sekutunya. Karena Iran memang tak pernah berhenti berpropaganda dan bermulut besar soal kekuatan militernya, karena begitulah karakter regime theokrasi Iran yang sandarannya adalah ideologi yang meski bias kemana-mana tapi sangat digemari para underdog dimanapun di dunia ini.

Pendekatan "memenggal kepala ular" - yakni menyerang langsung pusat kekuatan Iran, termasuk bunker persenjataan, infrastruktur militer, dan instalasi strategis -merupakan strategi yang sangat berisiko tetapi dapat dipandang oleh koalisi AS, Israel, dan negara-negara Teluk (seperti Arab Saudi dan UEA) sebagai langkah terakhir untuk benar-benar menekan pengaruh Iran di kawasan. Strategi ini tentu tidak hanya menyasar Houthi sebagai kaki tangan Iran, tetapi juga bertujuan melumpuhkan kemampuan Iran untuk mendukung jaringan proksinya di middle-east, termasuk Hezbollah di Lebanon, milisi Syiah di Irak dan Suriah, serta Houthi di Yaman.

Beberapa tantangan besar

1. Reaksi Internasional

Serangan terhadap Iran, terutama yang bersifat preventif dan destruktif, akan memicu kecaman luas dari komunitas internasional, termasuk negara-negara yang tidak sepenuhnya mendukung kebijakan Israel atau AS. Uni Eropa, Rusia, dan China mungkin akan mengutuk langkah ini, bahkan mungkin meningkatkan dukungan kepada Iran untuk menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan.

2. Kemampuan balasan Iran

Iran memiliki jaringan militer dan intelijen yang luas. Meskipun fasilitas militer seperti bunker dapat dihancurkan, Iran kemungkinan besar akan merespons dengan serangan balasan terhadap aset AS, Israel, atau sekutu Teluk, baik melalui serangan langsung maupun operasi asimetris oleh proksinya. Ini dapat memicu perang regional yang lebih besar.

3. Dinamika Regional

Negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan UEA boleh jadi mendukung gagasan ini secara strategis, tetapi mereka juga menyadari risiko yang terkait. Jika serangan ke Iran memicu perang skala penuh, kawasan Teluk - sebagai jantung produksi minyak dunia - akan menjadi target utama serangan balasan Iran. Stabilitas ekonomi global pun terancam.

4. Kapasitas Ideologis Iran

Haruslah diakui, ideologi Iran memiliki daya tarik bagi banyak kelompok dan negara yang merasa sebagai "underdog" di dunia. Serangan terhadap Iran dapat memperkuat propaganda rezim, menjadikan Iran sebagai "korban" dalam narasi dunia Muslim, dan meningkatkan dukungan kepada ideologi anti-Barat yang diusungnya.

5. Kalkulasi domestik Trump dan Netanyahu

Baik Trump, Netanyahu, maupun Mohammed bin Salman (MBT) memiliki pertimbangan domestik yang akan mempengaruhi keputusan mereka. Trump, meski berkomitmen pada pendekatan "hardline," harus mempertimbangkan dampaknya pada pemilih AS, terutama saat ia berkuasa sekarang. Netanyahu menghadapi tantangan politik domestik dan oposisi terhadap langkah militer besar. MBT juga harus memastikan stabilitas domestiknya tetap terjaga.

Alternatif serangan terhadap Iran akan selalu ada dalam perhitungan strategis AS, Israel, dan sekutunya, terutama jika situasi di kawasan semakin tidak terkendali. Namun, langkah ini adalah taruhan besar yang bisa membawa dampak destruktif tidak hanya bagi Iran, tetapi juga bagi stabilitas middle-east dan dunia. Oleh karena itu, sebelum melangkah ke opsi militer, koalisi ini kemungkinan akan terus mengupayakan tekanan ekonomi, diplomasi, dan aksi terbatas untuk melemahkan Iran secara bertahap.

Namun, jika Iran terus memperluas pengaruh militernya, meningkatkan ancaman terhadap pengiriman internasional, atau terbukti hampir mencapai kemampuan nuklir, serangan terbatas tetapi menghancurkan bisa menjadi opsi nyata yang patut dipertimbangkan.

Lihat :

https://www.bbc.com/news/articles/c4g92ny391go

Wak Abu Coffee, Simpang Gajayana, Malang, Fri', Jan' 24, 2025.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun