Saya pikir tak ada solusi untuk konflik ini, kecuali Trump dapat membujuk Arab Saudi, Qatar dkk untuk tidak lagi menarasikan two state solutions, karena itu adalah dogma mati ibarat membiarkan sebuah pembunuhan permanen sepanjang masa. Di sisi lain Israel hanya mempertahankan legacy dan eksistensinya di middle-east. Tak mungkin two state solutions jadi bagian dari politiknya. Masalahnya itu adalah legacy dari leluhurnya. Bertentangan secara diametral, narasi dunia Arab itu dibenarkan dunia barat hanya gegara minyak Arab ditumpahkan ke dunia barat.
Itu adalah semacam pesimisme terhadap kemungkinan solusi konflik Israel-Arab-Palestina melalui pendekatan two-state solution, yang memang telah lama menjadi narasi utama komunitas internasional, tetapi gagal mencapai realisasi konkret.
Beberapa poin penting yang dapat dipahami dari perspektif ini
Dogma "Two-State Solution" sebagai narasi tidak realistis
Pendekatan two-state solution selama ini dipandang sebagai "jalan tengah," tetapi dalam praktiknya menjadi utopis karena tidak memadai menjembatani klaim-klaim eksistensial kedua belah pihak. Bagi banyak pemimpin dunia Arab, ini adalah narasi politik untuk mengakomodasi tekanan internasional, tetapi pada tingkat akar rumput, banyak yang tidak sungguh-sungguh mendukung keberadaan Israel sebagai entitas permanen. Sebaliknya, bagi Israel, gagasan two-state dianggap sebagai ancaman eksistensial karena membuka jalan bagi penghapusan jangka panjang negara Yahudi itu sendiri.
Narasi Dunia Arab dan pengaruhnya
Dunia Arab sudah terbiasa menggunakan isu Arab-Palestina sebagai alat politik untuk memperkuat posisi mereka di kancah internasional, khususnya untuk meraih dukungan dari negara-negara Barat yang bergantung pada minyak Timur Tengah. Narasi ini dapat menjadi dogma mati yang memenggal upaya mencari jalan tengah. Dukungan keuangan dan ideologis dari negara-negara seperti Qatar dan Iran kepada Hamas, serta diplomasi simbolis dari negara-negara seperti Arab Saudi, telah memperpanjang konflik tanpa memberi solusi nyata.
Posisi Israel : Legacy dan Eksistensi
Bagi Israel, tanah yang mereka duduki adalah bagian dari warisan historis dan religius yang tak terpisahkan dari identitas nasional mereka. Dalam pandangan ini, tanah tersebut bukan sekadar aset geografis, tetapi juga simbol kelangsungan bangsa Yahudi setelah berabad-abad diaspora dan penganiayaan. Dari perspektif Israel, menyerahkan sebagian tanah itu untuk mendirikan negara Arab-Palestina tidak hanya merugikan keamanan fisik, tetapi juga mengkhianati warisan leluhur mereka.
Peran AS dan Donald Trump
Di bawah kepemimpinan Trump, ada upaya untuk menggeser pendekatan internasional dari two-state solution menjadi solusi pragmatis yang lebih condong ke one-state reality---di mana pengakuan terhadap kedaulatan Israel diprioritaskan, dan peran Arab-Palestina lebih bersifat administratif terbatas. Kesepakatan Abraham (Abraham Accords) yang dimotori oleh Trump berhasil membawa normalisasi hubungan antara Israel dengan beberapa negara Arab, tetapi gagal menyentuh akar konflik antara Israel dan Arab-Palestina.