Banyak pakar menyebut gaya seperti ini efektif terhadap kelompok seperti Hamas dan aktor yang didukung Iran, karena mereka cenderung bereaksi terhadap tekanan langsung dan retorika intimidasi yang konsisten dengan ekspektasi budaya kekuasaan di kawasan tersebut.
Pengaruh pada Iran dan proksinya
Iran mengalami tekanan strategis yang signifikan akibat konflik internal, sanksi ekonomi, serta melemahnya proksi seperti Hezbollah di Lebanon dan Hamas di Gaza. Jika Trump melanjutkan tekanan maksimalnya, Iran mungkin akan dipaksa mempertimbangkan negosiasi yang lebih moderat untuk mempertahankan kelangsungan rezimnya.
Pendekatan pragmatis Trump sebagai seorang pengusaha dapat membuka jalan bagi diplomasi transaksional. Iran, yang menghadapi isolasi internasional, mungkin bersedia untuk menghentikan program nuklir atau militer tertentu demi pencabutan sanksi yang mencekik ekonominya.
Dampak pada Perjanjian Abraham dan dinamika kawasan
Trump berpeluang melanjutkan normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab, dengan Iran sebagai ancaman bersama yang menyatukan mereka. Hal ini dapat memperkuat aliansi anti-Iran di kawasan tersebut.
Retorika keras terhadap Hamas dapat memperkuat tekanan Israel untuk melumpuhkan kelompok tersebut. Hamas kemungkinan besar akan dipaksa untuk mempertimbangkan gencatan senjata atau pembebasan sandera sebagai langkah mitigasi.
Ancaman militer dan opsi Nuklir
Tidak seperti Biden, Trump cenderung membiarkan Israel mengambil langkah militer terhadap fasilitas nuklir Iran tanpa banyak pembatasan. Ini menciptakan skenario di mana Israel dapat bertindak lebih agresif terhadap ancaman eksistensial.
Ancaman ini dapat mendorong Iran untuk mengambil langkah diplomatik sebelum konfrontasi langsung terjadi, terutama jika rezim melihat posisinya melemah.
Risiko dan tantangan